Alhamdulillah,
segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah,
keluarga, dan para sahabatnya.
Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah memberikan kekuasaan untuk
memegang urusan masyarakat kecuali kepada orang paling baik dan paling
mengerti, demikian pula yang dilakukan para khalifah sesudahnya.
Diriwayatkan
oleh Imam al-Bukhari dalam Shahihnya, dari Hudzaifah rahimahullaah bahwa
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada penduduk Najran,
لَأَبْعَثَنَّ إِلَيْكُمْ رَجُلًا أَمِينًا حَقَّ أَمِينٍ
فَاسْتَشْرَفَ لَهَا أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَبَعَثَ أَبَا عُبَيْدَةَ
“Sungguh
aku akan mengirim kepada kalian orang kepercayaan yang betul-betul dapat
dipercaya.” Para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam merasa
mulia (berkeinginan) dengan hal itu. Lalu beliau mengutus Abu Ubaidah.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Ini
berbeda dengan kondisi di akhir zaman, banyak sekali orang yang bejat lagi
hina, tidak berilmu dan tidak bertakwa menduduki posisi penting di
tengah-tengah umat dan menentukan kebijakan untuk umum. Dan ini merupakan
sebagian dari tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat.
Imam
Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda,
إِنَّهَا سَتَأْتِي عَلَى النَّاسِ سِنُونَ خَدَّاعَةٌ
يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا
الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ
قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ السَّفِيهُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
“Sesungguhnya
akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh tipu daya. Para pendusta dipercaya
sedangkan orang jujur dianggap berdusta. Penghianat diberi amanah sedangkan
orang yang amanat dituduh khianat. Dan pada saat itu, para Ruwaibidhah mulai
angkat bicara. Ada yang bertanya, ‘Siapa itu Ruwaibidhah?’ Beliau menjawab,
‘Orang dungu yang berbicara tentang urusan orang banyak (umat).” (HR.
Ahmad, Syaikh Ahmad Syakir dalam ta’liqnya terhadap Musnad Ahmad menyatakan
isnadnya hasan dan matannya shahih. Syaikh Al-Albani juga menshahihkannya dalam
al-Shahihah no. 1887)
Dan
dalam hadits Jibril yang panjang, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
menjelaskan tentang dekatnya kiamat yang ditandai dengan banyaknya pemimpin
yang hina,
وَلَكِنْ سَأُحَدِّثُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا إِذَا وَلَدَتْ
الْأَمَةُ رَبَّهَا فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا وَإِذَا كَانَتْ الْعُرَاةُ
الْحُفَاةُ رُءُوسَ النَّاسِ فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا
“Tetapi
akau akan sampaikan kepadamu tentang tanda-tandanya, yaitu apabila budak wanita
melahirkan tuannya, maka itu bagian dari tanda-tandanya. Dan apabila
orang-orang yang tidak berpakaian dan tidak beralas kaki menjadi pemimpin
manusia, maka itu bagian dari tanda-tandanya.” (HR. Muslim dari Abu
Hurairah)
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَكُونَ أَسْعَدَ النَّاسِ
بِالدُّنْيَا لُكَعُ بْنُ لُكَعٍ
“Hari
kiamat tidak terjadi hingga manusia yang paling bahagia dia dunia ialah Luka’
bin Luka’.” (al-Tirmidzi dan Ahmad. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh
Al-Albani dalam Al-Misykah, no. 2365 dan Shahih al-Jami’, no. 7431)
Dalam
Shahih Ibnu Hibban, dari Anas bin Malik, “Dunia tidak akan habis hingga ada
pada Luka’ bin Luka’.”
Dan
dalam riwayat Thabrani, dari hadits Abu Dzar, dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, beliau bersabda,
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَغْلِبَ عَلَى الدُّنيا لُكَعُ
بْنُ لُكَعٍ
“Hari
kiamat tidak akan terjadi hingga yang berkuasa di dunia ialah Luka’ bin Luka’.”
Luka’
menurut bangsa Arab artinya budak. Ada juga yang mengartikan kotoran. Kemudian
kata ini digunakan untuk menunjukkan kebodohan dan kehinaan orang jahil dan
tercela. Kadang-kadang kata Luka’ juga digunakan untuk anak kecil. Dan jika
digunakan untuk orang dewasa, maka yang dimaksud adalah orang yang kecil ilmu
dan akalnya. (Lihat: Nihayah fi Gharib al-Hadits, Ibnu Atsir: 4/268)
Menurut
Syaikh Yusuf al-Wabil dalam Asyratus Sa’ah, kondisi seperti yang
disebutkan di atas sudah terjadi di zaman sekarang. Dan dalam realita sekarang
kita saksikan banyak pemimpin-pemimpin yang gemar membangun pencitraan sehingga
banyak rakyat yang tertipu dengannya dan memujinya, “Alangkah hebatnya!,
alangkah baiknya!, alangkah amanahnya!, alangkah bagus akhlaknya!,” dan
pujian-pujian lainnya. Padahal pemimpin-pemimpin tersebut adalah makhluk yang
sangat durhaka kepada Tuhannya, minim pemahaman agama dan penerapannya. Bahkan,
ia sebenarnya orang yang sangat tidak amanah dan suka berdusta. Tidak
memikirkan rakyat kecil dan tidak menunaikan hak-hak mereka. Malah sebaliknya,
ia gemar menumpuk kekayaan dan membangun istananya. Dan dosanya diperparah
dengan memusuhi kaum muslimin yang istiqamah memegang agamanya dan berusaha
menghancurkan Islam sampai akar-akarnya.
Maka
tepatlah hadits yang dikeluarkan Imam Bukhari dan Muslim dalam shahih keduanya,
dari Hudzaifah mengenai hadits diangkatnya amanat,
لَا يَكَادُ أَحَدٌ يُؤَدِّي الْأَمَانَةَ حَتَّى يُقَالَ
إِنَّ فِي بَنِي فُلَانٍ رَجُلًا أَمِينًا حَتَّى يُقَالَ لِلرَّجُلِ مَا
أَجْلَدَهُ مَا أَظْرَفَهُ مَا أَعْقَلَهُ وَمَا فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ
مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ
“Hampir-hmapir
tak ada seorangpun yang melaksanakan amanat sehingga dikatakan, ‘sesungguhnya
di tengah-tengah Bani fulan ada seorang laki-laki yang sangat amanat’ sehingga
dikatakan kepada seseorang, ‘alangkah sabarnya, alangkah cermatnya, alangkah
pandainya,’ padahal di dalam hatinya tidak ada iman walaupun seberat biji sawi.”
Laa haula walaa quwwata Illaa billah.
Pemimpin-pemimpin bejat suka membangun pencitraan dan menipu rakyat,
padahal -sebenarnya- mereka adalah makhluk yang sangat durhaka kepada Tuhannya,
minim pemahaman agama dan penerapannya. . .
. . . Dan dosanya diperparah dengan memusuhi kaum muslimin yang
istiqamah memegang agamanya dan berusaha menghancurkan Islam sampai
akar-akarnya.
Pemimpin
Bejat: Menyesatkan Umat Manusia dan Menghancurkan Islam
Keberadaan
para pemimpin bejat zalim lagi jahil seperti yang diberitakan di atas sangat
dikhawatirkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ
“Sesungguhnya
yang aku takutkan atas umatku adalah (berkuasanya) para pemimpin yang
menyesatkan.” (HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi, Ahmad, dan al-Darimi.
Dishahihkan oleh Al-Albani dalam al-Shahihah: 4/109, no. 1582, dalam Shahih
al-Jami’, no. 1773 dan 2316)
Menurut
penulis Fath al-Majid, penggunaan kata Innama yang mengandung makna al-hashr
(pembatasan/penghususan) menjelaskan bahwa beliau sangat takut dan khawatir
terhadap umatnya dari para pemimpin yang menyesatkan.
Bahkan
fitnah yang ditimbulkannya lebih menakutkan daripada fitnah Dajjal. Abu Dzar radhiyallahu
'anhu pernah pertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ شَيْءٍ أَخْوَفُ عَلَى أُمَّتِكَ
مِنْ الدَّجَّالِ قَالَ الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ
“Wahai
Rasulullah, apa yang lebih engkau takutkan atas umatmu daripada Dajjal. Beliau
menjawab, “Para pemimpin yang mudhillin (menyesatkan)”.” (HR. Ahmad. Syaikh
Al-Albani mengatakan para perawinya terpercaya kecuali Ibnu Luhai’ah buruk
hafalannya.)
AL-AIMMAH
AL-MUDHILLIN (para pemimpin
penyesat umat) masuk di dalamnya para umara (pemimpin pemerintahan), ulama, dan
ahli ibadah. Para umara tersebut adalah mereka yang menerapkan hukum dengan
selain hukum Islam, bertindak dzalim, dictator dan kejam, dan tidak menunaikan
hak-hak rakyat.
Para
ulama yang menjadi pemimpin menyesatkan karena mereka menyembunyikan ilmu dan
merubah-rubahnya. Suka mengakali dalil untuk kepentingan syahwatnya atau
kepentingan para pemimpinnya.
Sedangkan
para ahli ibadah yang menjadi pemimpin menyesatkan, karena mereka suka membuat
tata cara ibadah baru yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi shallallahu
'alaihi wasallam, lalu mereka ditiru dan diidolakan. Apalagi kalau mereka
sampai memotifasi umat untuk melaksanakannya. Akibatnya, dia sesat dan
menyesatkan manusia. Keberadaan mereka itulah yang menyebabkan Islam akan
roboh. Dari Ziyad bin Hudair berkata. Umar radhiyallahu 'anhu berkata
kepadaku, “Apakah engkau tahu apa yang akan menghancurkan Islam?” Aku (Ziyad)
menjawab, “Tidak.” Beliau berkata, “Yang akan menghancurkannya adalah
menyimpangnya ulama, gugatan orang munafik terhadap Al-Kitab, dan hukum para
pemimpin yang menyesatkan.” (HR. al-Daarimi. Syaikh Al-Albani mengatakan dalam
Takhrij al-Misykah (1/89), “sanadnya shahih.”)
Penutup
Jika
kita mau jujur menimbang pemerintahan yang ada sekarang, rasa-rasanya keburukan
dan kejahatannya sudah tersiratkan oleh hadits-hadits di atas. Dan jika
pemimpin dan penguasa seperti itu sifatnya, maka semua urusan akan jungkir
balik. Akibatnya, pembohong dipercaya, orang jujur didustakan, penghianat
diberi amanat, orang terpercaya dihianati dan didustakan, orang bodoh
berbicara, orang alim dipenjara dan dilarang bicara. Kondisi ini persis seperti
yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, “Sesungguhnya
di antara tanda-tanda kiamat ialah ilmu diangkat dan tersebarnya kebodohan.”
(Muttafaq ‘Alaih dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu)
Semoga
Allah memberikan kepada kita para pemimpin yang takut kepada Allah dan memiliki
sifat amanah, mengasihi rakyat dan tidak suka hidup mewah, menegakkan kebenaran
dan menghancurkan kebatilan, cinta syariat dan anti khianat. Amiin, yaa Rabbal
‘alamin. [PurWD/voa-islam.com]
- See more at:
http://www.voa-islam.com/read/tsaqofah/2011/01/31/13032/sinyalemen-nabi-banyak-pemimpin-bejat-dan-hina-di-akhir-zaman/#sthash.aMrR0hem.dpuf
Banyak Pemimpin Bejat dan Hina di Akhir Zaman
Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga, dan para sahabatnya.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
tidak pernah memberikan kekuasaan untuk memegang urusan masyarakat
kecuali kepada orang paling baik dan paling mengerti, demikian pula yang
dilakukan para khalifah sesudahnya.
Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam Shahihnya, dari Hudzaifah rahimahullaah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada penduduk Najran,
لَأَبْعَثَنَّ
إِلَيْكُمْ رَجُلًا أَمِينًا حَقَّ أَمِينٍ فَاسْتَشْرَفَ لَهَا أَصْحَابُ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَعَثَ أَبَا عُبَيْدَةَ
“Sungguh aku akan mengirim kepada kalian orang kepercayaan yang betul-betul dapat dipercaya.” Para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam merasa mulia (berkeinginan) dengan hal itu. Lalu beliau mengutus Abu Ubaidah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini berbeda dengan kondisi di akhir
zaman, banyak sekali orang yang bejat lagi hina, tidak berilmu dan tidak
bertakwa menduduki posisi penting di tengah-tengah umat dan menentukan
kebijakan untuk umum. Dan ini merupakan sebagian dari tanda-tanda telah
dekatnya hari kiamat.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
إِنَّهَا
سَتَأْتِي عَلَى النَّاسِ سِنُونَ خَدَّاعَةٌ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ
وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ
فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا
الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ السَّفِيهُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
“Sesungguhnya akan datang kepada
manusia tahun-tahun penuh tipu daya. Para pendusta dipercaya sedangkan
orang jujur dianggap berdusta. Penghianat diberi amanah sedangkan orang
yang amanat dituduh khianat. Dan pada saat itu, para Ruwaibidhah mulai
angkat bicara. Ada yang bertanya, ‘Siapa itu Ruwaibidhah?’ Beliau
menjawab, ‘Orang dungu yang berbicara tentang urusan orang banyak
(umat).” (HR. Ahmad, Syaikh Ahmad Syakir dalam ta’liqnya terhadap
Musnad Ahmad menyatakan isnadnya hasan dan matannya shahih. Syaikh
Al-Albani juga menshahihkannya dalam al-Shahihah no. 1887)
Dan dalam hadits Jibril yang panjang, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan tentang dekatnya kiamat yang ditandai dengan banyaknya pemimpin yang hina,
وَلَكِنْ
سَأُحَدِّثُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا إِذَا وَلَدَتْ الْأَمَةُ رَبَّهَا
فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا وَإِذَا كَانَتْ الْعُرَاةُ الْحُفَاةُ رُءُوسَ
النَّاسِ فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا
“Tetapi akau akan sampaikan kepadamu
tentang tanda-tandanya, yaitu apabila budak wanita melahirkan tuannya,
maka itu bagian dari tanda-tandanya. Dan apabila orang-orang yang tidak
berpakaian dan tidak beralas kaki menjadi pemimpin manusia, maka itu
bagian dari tanda-tandanya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَكُونَ أَسْعَدَ النَّاسِ بِالدُّنْيَا لُكَعُ بْنُ لُكَعٍ
“Hari kiamat tidak terjadi hingga manusia yang paling bahagia dia dunia ialah Luka’ bin Luka’.” (al-Tirmidzi dan Ahmad. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Misykah, no. 2365 dan Shahih al-Jami’, no. 7431)
Dalam Shahih Ibnu Hibban, dari Anas bin Malik, “Dunia tidak akan habis hingga ada pada Luka’ bin Luka’.”
Dan dalam riwayat Thabrani, dari hadits Abu Dzar, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda,
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَغْلِبَ عَلَى الدُّنيا لُكَعُ بْنُ لُكَعٍ
“Hari kiamat tidak akan terjadi hingga yang berkuasa di dunia ialah Luka’ bin Luka’.”
Luka’ menurut bangsa Arab artinya budak.
Ada juga yang mengartikan kotoran. Kemudian kata ini digunakan untuk
menunjukkan kebodohan dan kehinaan orang jahil dan tercela.
Kadang-kadang kata Luka’ juga digunakan untuk anak kecil. Dan jika
digunakan untuk orang dewasa, maka yang dimaksud adalah orang yang kecil
ilmu dan akalnya. (Lihat: Nihayah fi Gharib al-Hadits, Ibnu Atsir:
4/268)
Menurut Syaikh Yusuf al-Wabil dalam Asyratus Sa’ah,
kondisi seperti yang disebutkan di atas sudah terjadi di zaman
sekarang. Dan dalam realita sekarang kita saksikan banyak
pemimpin-pemimpin yang gemar membangun pencitraan sehingga banyak rakyat
yang tertipu dengannya dan memujinya, “Alangkah hebatnya!, alangkah
baiknya!, alangkah amanahnya!, alangkah bagus akhlaknya!,” dan
pujian-pujian lainnya. Padahal pemimpin-pemimpin tersebut adalah makhluk
yang sangat durhaka kepada Tuhannya, minim pemahaman agama dan
penerapannya. Bahkan, ia sebenarnya orang yang sangat tidak amanah dan
suka berdusta. Tidak memikirkan rakyat kecil dan tidak menunaikan
hak-hak mereka. Malah sebaliknya, ia gemar menumpuk kekayaan dan
membangun istananya. Dan dosanya diperparah dengan memusuhi kaum
muslimin yang istiqamah memegang agamanya dan berusaha menghancurkan
Islam sampai akar-akarnya.
Maka tepatlah hadits yang dikeluarkan
Imam Bukhari dan Muslim dalam shahih keduanya, dari Hudzaifah mengenai
hadits diangkatnya amanat,
لَا
يَكَادُ أَحَدٌ يُؤَدِّي الْأَمَانَةَ حَتَّى يُقَالَ إِنَّ فِي بَنِي
فُلَانٍ رَجُلًا أَمِينًا حَتَّى يُقَالَ لِلرَّجُلِ مَا أَجْلَدَهُ مَا
أَظْرَفَهُ مَا أَعْقَلَهُ وَمَا فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ
خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ
“Hampir-hmapir tak ada seorangpun
yang melaksanakan amanat sehingga dikatakan, ‘sesungguhnya di
tengah-tengah Bani fulan ada seorang laki-laki yang sangat amanat’
sehingga dikatakan kepada seseorang, ‘alangkah sabarnya, alangkah
cermatnya, alangkah pandainya,’ padahal di dalam hatinya tidak ada iman
walaupun seberat biji sawi.” Laa haula walaa quwwata Illaa billah.
Pemimpin-pemimpin bejat suka membangun pencitraan dan menipu rakyat, padahal -sebenarnya- mereka adalah makhluk yang sangat durhaka kepada Tuhannya, minim pemahaman agama dan penerapannya. . .. . . Dan dosanya diperparah dengan memusuhi kaum muslimin yang istiqamah memegang agamanya dan berusaha menghancurkan Islam sampai akar-akarnya.
Pemimpin Bejat: Menyesatkan Umat Manusia dan Menghancurkan Islam
Keberadaan para pemimpin bejat zalim lagi jahil seperti yang diberitakan di atas sangat dikhawatirkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ
“Sesungguhnya yang aku takutkan atas umatku adalah (berkuasanya) para pemimpin yang menyesatkan.”
(HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi, Ahmad, dan al-Darimi. Dishahihkan oleh
Al-Albani dalam al-Shahihah: 4/109, no. 1582, dalam Shahih al-Jami’, no.
1773 dan 2316)
Menurut penulis Fath al-Majid, penggunaan kata Innama yang mengandung makna al-hashr
(pembatasan/penghususan) menjelaskan bahwa beliau sangat takut dan
khawatir terhadap umatnya dari para pemimpin yang menyesatkan.
Bahkan fitnah yang ditimbulkannya lebih menakutkan daripada fitnah Dajjal. Abu Dzar radhiyallahu 'anhu pernah pertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ شَيْءٍ أَخْوَفُ عَلَى أُمَّتِكَ مِنْ الدَّجَّالِ قَالَ الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ
“Wahai Rasulullah, apa yang lebih
engkau takutkan atas umatmu daripada Dajjal. Beliau menjawab, “Para
pemimpin yang mudhillin (menyesatkan)”.” (HR. Ahmad. Syaikh Al-Albani mengatakan para perawinya terpercaya kecuali Ibnu Luhai’ah buruk hafalannya.)
AL-AIMMAH AL-MUDHILLIN (para
pemimpin penyesat umat) masuk di dalamnya para umara (pemimpin
pemerintahan), ulama, dan ahli ibadah. Para umara tersebut adalah mereka
yang menerapkan hukum dengan selain hukum Islam, bertindak dzalim,
dictator dan kejam, dan tidak menunaikan hak-hak rakyat.
Para ulama yang menjadi pemimpin
menyesatkan karena mereka menyembunyikan ilmu dan merubah-rubahnya. Suka
mengakali dalil untuk kepentingan syahwatnya atau kepentingan para
pemimpinnya.
Sedangkan para ahli ibadah yang menjadi
pemimpin menyesatkan, karena mereka suka membuat tata cara ibadah baru
yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
lalu mereka ditiru dan diidolakan. Apalagi kalau mereka sampai
memotifasi umat untuk melaksanakannya. Akibatnya, dia sesat dan
menyesatkan manusia. Keberadaan mereka itulah yang menyebabkan Islam
akan roboh. Dari Ziyad bin Hudair berkata. Umar radhiyallahu 'anhu berkata
kepadaku, “Apakah engkau tahu apa yang akan menghancurkan Islam?” Aku
(Ziyad) menjawab, “Tidak.” Beliau berkata, “Yang akan menghancurkannya
adalah menyimpangnya ulama, gugatan orang munafik terhadap Al-Kitab, dan
hukum para pemimpin yang menyesatkan.” (HR. al-Daarimi. Syaikh
Al-Albani mengatakan dalam Takhrij al-Misykah (1/89), “sanadnya
shahih.”)
Penutup
Jika kita mau jujur menimbang
pemerintahan yang ada sekarang, rasa-rasanya keburukan dan kejahatannya
sudah tersiratkan oleh hadits-hadits di atas. Dan jika pemimpin dan
penguasa seperti itu sifatnya, maka semua urusan akan jungkir balik.
Akibatnya, pembohong dipercaya, orang jujur didustakan, penghianat
diberi amanat, orang terpercaya dihianati dan didustakan, orang bodoh
berbicara, orang alim dipenjara dan dilarang bicara. Kondisi ini persis
seperti yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, “Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat ialah ilmu diangkat dan tersebarnya kebodohan.” (Muttafaq ‘Alaih dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu)
Semoga Allah memberikan kepada kita para
pemimpin yang takut kepada Allah dan memiliki sifat amanah, mengasihi
rakyat dan tidak suka hidup mewah, menegakkan kebenaran dan
menghancurkan kebatilan, cinta syariat dan anti khianat. Amiin, yaa
Rabbal ‘alamin. [PurWD/voa-islam.com]
- See more at:
http://www.voa-islam.com/read/tsaqofah/2011/01/31/13032/sinyalemen-nabi-banyak-pemimpin-bejat-dan-hina-di-akhir-zaman/#sthash.aMrR0hem.dpufBanyak Pemimpin Bejat dan Hina di Akhir Zaman
Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga, dan para sahabatnya.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
tidak pernah memberikan kekuasaan untuk memegang urusan masyarakat
kecuali kepada orang paling baik dan paling mengerti, demikian pula yang
dilakukan para khalifah sesudahnya.
Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam Shahihnya, dari Hudzaifah rahimahullaah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada penduduk Najran,
لَأَبْعَثَنَّ
إِلَيْكُمْ رَجُلًا أَمِينًا حَقَّ أَمِينٍ فَاسْتَشْرَفَ لَهَا أَصْحَابُ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَعَثَ أَبَا عُبَيْدَةَ
“Sungguh aku akan mengirim kepada kalian orang kepercayaan yang betul-betul dapat dipercaya.” Para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam merasa mulia (berkeinginan) dengan hal itu. Lalu beliau mengutus Abu Ubaidah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini berbeda dengan kondisi di akhir
zaman, banyak sekali orang yang bejat lagi hina, tidak berilmu dan tidak
bertakwa menduduki posisi penting di tengah-tengah umat dan menentukan
kebijakan untuk umum. Dan ini merupakan sebagian dari tanda-tanda telah
dekatnya hari kiamat.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
إِنَّهَا
سَتَأْتِي عَلَى النَّاسِ سِنُونَ خَدَّاعَةٌ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ
وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ
فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا
الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ السَّفِيهُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
“Sesungguhnya akan datang kepada
manusia tahun-tahun penuh tipu daya. Para pendusta dipercaya sedangkan
orang jujur dianggap berdusta. Penghianat diberi amanah sedangkan orang
yang amanat dituduh khianat. Dan pada saat itu, para Ruwaibidhah mulai
angkat bicara. Ada yang bertanya, ‘Siapa itu Ruwaibidhah?’ Beliau
menjawab, ‘Orang dungu yang berbicara tentang urusan orang banyak
(umat).” (HR. Ahmad, Syaikh Ahmad Syakir dalam ta’liqnya terhadap
Musnad Ahmad menyatakan isnadnya hasan dan matannya shahih. Syaikh
Al-Albani juga menshahihkannya dalam al-Shahihah no. 1887)
Dan dalam hadits Jibril yang panjang, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan tentang dekatnya kiamat yang ditandai dengan banyaknya pemimpin yang hina,
وَلَكِنْ
سَأُحَدِّثُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا إِذَا وَلَدَتْ الْأَمَةُ رَبَّهَا
فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا وَإِذَا كَانَتْ الْعُرَاةُ الْحُفَاةُ رُءُوسَ
النَّاسِ فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا
“Tetapi akau akan sampaikan kepadamu
tentang tanda-tandanya, yaitu apabila budak wanita melahirkan tuannya,
maka itu bagian dari tanda-tandanya. Dan apabila orang-orang yang tidak
berpakaian dan tidak beralas kaki menjadi pemimpin manusia, maka itu
bagian dari tanda-tandanya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَكُونَ أَسْعَدَ النَّاسِ بِالدُّنْيَا لُكَعُ بْنُ لُكَعٍ
“Hari kiamat tidak terjadi hingga manusia yang paling bahagia dia dunia ialah Luka’ bin Luka’.” (al-Tirmidzi dan Ahmad. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Misykah, no. 2365 dan Shahih al-Jami’, no. 7431)
Dalam Shahih Ibnu Hibban, dari Anas bin Malik, “Dunia tidak akan habis hingga ada pada Luka’ bin Luka’.”
Dan dalam riwayat Thabrani, dari hadits Abu Dzar, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda,
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَغْلِبَ عَلَى الدُّنيا لُكَعُ بْنُ لُكَعٍ
“Hari kiamat tidak akan terjadi hingga yang berkuasa di dunia ialah Luka’ bin Luka’.”
Luka’ menurut bangsa Arab artinya budak.
Ada juga yang mengartikan kotoran. Kemudian kata ini digunakan untuk
menunjukkan kebodohan dan kehinaan orang jahil dan tercela.
Kadang-kadang kata Luka’ juga digunakan untuk anak kecil. Dan jika
digunakan untuk orang dewasa, maka yang dimaksud adalah orang yang kecil
ilmu dan akalnya. (Lihat: Nihayah fi Gharib al-Hadits, Ibnu Atsir:
4/268)
Menurut Syaikh Yusuf al-Wabil dalam Asyratus Sa’ah,
kondisi seperti yang disebutkan di atas sudah terjadi di zaman
sekarang. Dan dalam realita sekarang kita saksikan banyak
pemimpin-pemimpin yang gemar membangun pencitraan sehingga banyak rakyat
yang tertipu dengannya dan memujinya, “Alangkah hebatnya!, alangkah
baiknya!, alangkah amanahnya!, alangkah bagus akhlaknya!,” dan
pujian-pujian lainnya. Padahal pemimpin-pemimpin tersebut adalah makhluk
yang sangat durhaka kepada Tuhannya, minim pemahaman agama dan
penerapannya. Bahkan, ia sebenarnya orang yang sangat tidak amanah dan
suka berdusta. Tidak memikirkan rakyat kecil dan tidak menunaikan
hak-hak mereka. Malah sebaliknya, ia gemar menumpuk kekayaan dan
membangun istananya. Dan dosanya diperparah dengan memusuhi kaum
muslimin yang istiqamah memegang agamanya dan berusaha menghancurkan
Islam sampai akar-akarnya.
Maka tepatlah hadits yang dikeluarkan
Imam Bukhari dan Muslim dalam shahih keduanya, dari Hudzaifah mengenai
hadits diangkatnya amanat,
لَا
يَكَادُ أَحَدٌ يُؤَدِّي الْأَمَانَةَ حَتَّى يُقَالَ إِنَّ فِي بَنِي
فُلَانٍ رَجُلًا أَمِينًا حَتَّى يُقَالَ لِلرَّجُلِ مَا أَجْلَدَهُ مَا
أَظْرَفَهُ مَا أَعْقَلَهُ وَمَا فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ
خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ
“Hampir-hmapir tak ada seorangpun
yang melaksanakan amanat sehingga dikatakan, ‘sesungguhnya di
tengah-tengah Bani fulan ada seorang laki-laki yang sangat amanat’
sehingga dikatakan kepada seseorang, ‘alangkah sabarnya, alangkah
cermatnya, alangkah pandainya,’ padahal di dalam hatinya tidak ada iman
walaupun seberat biji sawi.” Laa haula walaa quwwata Illaa billah.
Pemimpin-pemimpin bejat suka membangun pencitraan dan menipu rakyat, padahal -sebenarnya- mereka adalah makhluk yang sangat durhaka kepada Tuhannya, minim pemahaman agama dan penerapannya. . .. . . Dan dosanya diperparah dengan memusuhi kaum muslimin yang istiqamah memegang agamanya dan berusaha menghancurkan Islam sampai akar-akarnya.
Pemimpin Bejat: Menyesatkan Umat Manusia dan Menghancurkan Islam
Keberadaan para pemimpin bejat zalim lagi jahil seperti yang diberitakan di atas sangat dikhawatirkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ
“Sesungguhnya yang aku takutkan atas umatku adalah (berkuasanya) para pemimpin yang menyesatkan.”
(HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi, Ahmad, dan al-Darimi. Dishahihkan oleh
Al-Albani dalam al-Shahihah: 4/109, no. 1582, dalam Shahih al-Jami’, no.
1773 dan 2316)
Menurut penulis Fath al-Majid, penggunaan kata Innama yang mengandung makna al-hashr
(pembatasan/penghususan) menjelaskan bahwa beliau sangat takut dan
khawatir terhadap umatnya dari para pemimpin yang menyesatkan.
Bahkan fitnah yang ditimbulkannya lebih menakutkan daripada fitnah Dajjal. Abu Dzar radhiyallahu 'anhu pernah pertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ شَيْءٍ أَخْوَفُ عَلَى أُمَّتِكَ مِنْ الدَّجَّالِ قَالَ الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ
“Wahai Rasulullah, apa yang lebih
engkau takutkan atas umatmu daripada Dajjal. Beliau menjawab, “Para
pemimpin yang mudhillin (menyesatkan)”.” (HR. Ahmad. Syaikh Al-Albani mengatakan para perawinya terpercaya kecuali Ibnu Luhai’ah buruk hafalannya.)
AL-AIMMAH AL-MUDHILLIN (para
pemimpin penyesat umat) masuk di dalamnya para umara (pemimpin
pemerintahan), ulama, dan ahli ibadah. Para umara tersebut adalah mereka
yang menerapkan hukum dengan selain hukum Islam, bertindak dzalim,
dictator dan kejam, dan tidak menunaikan hak-hak rakyat.
Para ulama yang menjadi pemimpin
menyesatkan karena mereka menyembunyikan ilmu dan merubah-rubahnya. Suka
mengakali dalil untuk kepentingan syahwatnya atau kepentingan para
pemimpinnya.
Sedangkan para ahli ibadah yang menjadi
pemimpin menyesatkan, karena mereka suka membuat tata cara ibadah baru
yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
lalu mereka ditiru dan diidolakan. Apalagi kalau mereka sampai
memotifasi umat untuk melaksanakannya. Akibatnya, dia sesat dan
menyesatkan manusia. Keberadaan mereka itulah yang menyebabkan Islam
akan roboh. Dari Ziyad bin Hudair berkata. Umar radhiyallahu 'anhu berkata
kepadaku, “Apakah engkau tahu apa yang akan menghancurkan Islam?” Aku
(Ziyad) menjawab, “Tidak.” Beliau berkata, “Yang akan menghancurkannya
adalah menyimpangnya ulama, gugatan orang munafik terhadap Al-Kitab, dan
hukum para pemimpin yang menyesatkan.” (HR. al-Daarimi. Syaikh
Al-Albani mengatakan dalam Takhrij al-Misykah (1/89), “sanadnya
shahih.”)
Penutup
Jika kita mau jujur menimbang
pemerintahan yang ada sekarang, rasa-rasanya keburukan dan kejahatannya
sudah tersiratkan oleh hadits-hadits di atas. Dan jika pemimpin dan
penguasa seperti itu sifatnya, maka semua urusan akan jungkir balik.
Akibatnya, pembohong dipercaya, orang jujur didustakan, penghianat
diberi amanat, orang terpercaya dihianati dan didustakan, orang bodoh
berbicara, orang alim dipenjara dan dilarang bicara. Kondisi ini persis
seperti yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, “Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat ialah ilmu diangkat dan tersebarnya kebodohan.” (Muttafaq ‘Alaih dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu)
Semoga Allah memberikan kepada kita para
pemimpin yang takut kepada Allah dan memiliki sifat amanah, mengasihi
rakyat dan tidak suka hidup mewah, menegakkan kebenaran dan
menghancurkan kebatilan, cinta syariat dan anti khianat. Amiin, yaa
Rabbal ‘alamin. [PurWD/voa-islam.com]
- See more at:
http://www.voa-islam.com/read/tsaqofah/2011/01/31/13032/sinyalemen-nabi-banyak-pemimpin-bejat-dan-hina-di-akhir-zaman/#sthash.aMrR0hem.dpuf
Tidak ada komentar :
Posting Komentar