
Berikut
ini saya terjemahkan bait-bait yang dirangkai oleh Imam Ibnul Qoyyim
rahimahullah yang menyebutkan sifat-sifat bidadari, dan saya sertakan
sedikit penjelasan pada sebagian bait-bait tersebut. Bait-bait ini
diambil dari kitab Ibnul Qoyyim yang berjudul Al-Kaafiyah As-Syaafiyah,
yang dikenal juga dengan Nuuniah Ibnil Qoyyim rahimahullah. Bait-bait
sya’ir ini disebut dengan “Nuuniah” karena seluruh bait-bait sya’ir
tersebut diakhiri dengan huruf nuun, sebagaimana nanti bisa dilihat oleh
para pembaca yang budiman.
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:
وَرَأَوْا عَلَى بُعْدٍ خِيَامًا مُشْرِفا ... تٍ مُشْرِقَاتِ النُّوْرِ وَالْبُرْهَانِ
Dan mereka (para lelaki penghuni surga) melihat dari kejauhan kemah kemah yang tinggi dan memancarkan cahaya dan petunjuk
فَتَيَمَّمُوْا تِلْكَ الْخِيَامَ فَآنَسُوْا ... فِيْهِنَّ أَقْمَارَا بِلاَ نُقْصَانِ
Merekapun
menuju ke kemah-kemah tersebut maka mereka mendapati dalam kemah-kemah
tersebut rembulan-rembulan yang sempurna tanpa kekurangan sedikitpun
مِنْ قَاصِرَاتِ الطَّرْفِ لاَ تَبْغَى سِوَى ... مَحْبُوْبِهَا مِنْ سَائِرِ الشُّبَّانِ
Para bidadari yang membatasi lirikan mata mereka, bidadari tidak menginginkan melainkan kekasihnya dari para pemuda yang ada
قَصَرَتْ عَلَيْهِ طَرْفَهَا مِنْ حُسْنِهِ ... وَالطَّرْفُ فِي ذَا الْوَجْهِ لِلنِّسْوَانَ
Sang
bidadari membatasi pandangannya (hanya kepada kekasihnya) karena
tampannya sang kekasih. Karenanya lirikan mata yang tertunduk adalah
lirikan mata para bidadari
أَوْ أَنَّهَا قَصَرَتْ عَلَيْهِ طَرْفَهُ ... مِنْ حُسْنِهَا فَالطَّرْفٌ لِلذُّكْرَانَ
Atau
sang bidadari membatasi pandangan sang kekasih (penghuni surga) karena
cantiknya sang bidadari, maka dalam hal ini lirikan mata yang tunduk
adalah lirikan mata sang kekasih
وَالْأَوَّلُ الْمَعْهُوْدُ مِنْ وَضْعِ الْخِطَا ... بِ فَلاَ تَحِدْ عَنْ ظَاهِرِ الْقُرْآنِ
Pendapat
pertama (yaitu lirikan mata yang tertunduk adalah lirikan mata
bidadari) itulah pendapat yang merupakan dzohir dari ayat Al-Qur’an,
maka janganlah engkau berpaling dari dzohirnya Al-Qur’an
وَلَرُبَّمَا دَلَّتْ إِشَارَتُهُ عَلَى الثَّـ ... ـانِي فَتِلْكَ إِشَارَةٌ لِمَعَانِ
Dan
bisa jadi pendapat yang kedua (bahwasanya lirikan mata yang tertunduk
adalah lirikan mata para lelaki penghuni surga) ditunjukan oleh pendapat
yang pertama, maka itu adalah penunjukan ayat dan bukan makna dari
dzohirnya ayat al-quran
Penjelasan : Dalam bait-bait ini Ibnul Qoyyim memberi isyarat tentang adanya dua pendapat di kalangan para ulama tentang firman Allah
فِيهِنَّ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلا جَانٌّ
“Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangan,
tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni
syurga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin” (QS Ar-Rahman : 56).
Pendapat
pertama adalah para bidadari menundukan pandangannya, mereka hanya
melihat kepada para suami mereka penghuni surga. Hal ini karena para
bidadari memang tidak mengenal para lelaki kecuali suami-suami mereka
penghuni surga. Bahkan mereka tidak pernah disentuh sedikitpun oleh
lelaki lain baik dari kalangan manusia maupun kalangan jin. Sungguh
mereka tidak disentuh kecuali oleh suami mereka penghuni surga. Jadilah
suami mereka adalah yang tertampan dan terbaik serta terindah di mata
para bidadari. Mereka tidak pernah membandingkan suami mereka ini dengan
lelaki yang lain, apalagi sampai melirik lelaki lain. Kecintaan mereka
dan fikiran mereka hanyalah untuk melayani suami mereka, karena para
bidadari memang diciptakan oleh Allah hanya untuk mencintai dan
merindukan serta melayani suami mereka. Hal ini tentunya berbeda dengan
para wanita dunia yang sering membandingkan suami mereka dengan lelaki
yang lain, yang hal ini tentu sangat menyakitkan hati suami mereka.
Bahkan para wanita dunia tertawan dengan ketampanan lelaki yang
lain….sungguh jauh berbeda dengan sifat para bidadari yang tidak melirik
dan memandang kecuali kepada suami mereka.
Pendapat pertama inilah pendapat yang dipilih oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah.
Adapun
pendapat kedua, yaitu para bidadari menundukan pandangan para suami
mereka, karena terlalu cantik dan menawannya para bidadari sehingga
tidaklah terbetik dalam hati suami mereka untuk melirik wanita yang
lain, karena kepuasan sudah ia dapatkan dalam kecantikan wajah dan
kemolekan tubuh para bidadari. Yang hal ini tentunya berbeda dengan
wanita dunia, bagaimanapun seorang lelaki memiliki seorang istri yang
sangat cantik jelita toh hati sang lelaki masih melirik ke wanita yang
lain, bahkan meskipun sang lelaki telah memiliki empat istri dari wanita
dunia.
Kemudian Ibnul Qoyyim berkata lagi :
هَذَا وَلَيْسَ الْقَاصِرَاتُ كَمَنْ غَدَتْ ... مَقْصُوْرَةً فَهُمَا إِذًا صِنْفَانِ
Dan
para bidadari yang menunjukan lirikan mata ini, mereka bukanlah para
bidadari yang terpingit, maka kalau begitu ada dua model para bidadari
Ibnul Qoyyim mengisyaratkan bahwa ada
dua jenis bidadari yang Allah sebutkan dalam Al-Qur’an, yang pertama
adalah Bidadari yang menundukan pandangan yang Allah sebutkan dalam
surat Ar-Rahman ayat 56, setelah itu Allah menyebutkan ada tingkatan
surga yang lebih rendah derajatnya. Allah berfirman
وَمِنْ دُونِهِمَا جَنَّتَانِ
“Dan selain dari dua syurga itu ada dua syurga lagi (yang lebih rendah derajatnya)” (QS Ar-Rahman : 62)
Lalu Allah sebutkan bahwa dalam surga yang lebih rendah derajatnya ini ada jenis bidadari yang kedua, Allah berfirman :
فِيهِنَّ خَيْرَاتٌ حِسَانٌ (٧٠)فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٧١)حُورٌ مَقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِ (٧٢)
“Di
dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang baik- baik lagi
cantik-cantik, maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih, dipingit dalam rumah” (QS Ar-Rahman :70-72)
***
Selanjutnya
Ibnul Qoyyim rahimahullah menyebutkan tentang sifat-sifat para wanita
yang mengkhianati para suami-suami mereka. Beliau berkata :
يَا مُطْلِقَ الطَّرْفِ الْمُعَذَّبِ فِي الأُلَى ... جُرِّدْنَ عَنْ حُسْنٍ وَعَنْ إِحْسَانِ
Wahai
orang yang tersiksa yang mengumbar pandangannya pada para wanita dunia
ketahuilah bahwa para wanita dunia telah dihilangkan dari mereka
kecantikan dan kebaikan (tentunya para wanita dunia memiliki kecantikan
dan kebaikan, hanya saja tidak sebanding dengan kecantikan dan kebaikan
bidadari-pen)
لاَ تَسْبِيَنَّكَ صُوْرُةٌ مِنْ تَحْتِهَا ... الدَّاءُ الدَّوِيُّ تَبُوْءُ بِالْخُسْرَانِ
Maka
janganlah engkau tertawan oleh rupa mereka (yang nampaknya cantik)
sementara dibalik rupa tersebut ada penyakit, akhirnya engkau akan
membawa kerugian
قَبُحَتْ خَلاَئِقُهَا وَقَبُحَ فِعْلُهَا ... شَيْطَانَةٌ فِي صُوْرَةِ الْإِنْسَانَ
Rupa wanita dunia buruk dan demikian pula tingkahnya, syaitan perempuan yang datang dalam bentuk manusia
تَنْقَادُ لِلْأَنْذَالَ وَالْأَرْذَالِ هُمْ ... أَكِفَّاؤُهَا مِنْ دُوْنِ ذِيْ الْإِحْسَانِ
Wanita dunia tergoda oleh para lelaki yang rendah dan hina, tangan-tangannya tunduk kepada mereka bukan kepada lelaki yang baik
مَا ثَمَّ مِنْ دِيْنٍ وَلاَ عَقْلٍ وَلاَ ... خُلُقٍ وَلاَ خَوْفٍ مِنَ الرَّحْمَانِ
Tidak memiliki agama, tanpa akal, tanpa akhlak, serta tidak takut kepada Ar-Rahman
وَجَمَالُهَا زُوْرٌ وَمَصْنوْعٌ فَإِنْ ... تَرَكَتْهُ لَمْ تَطْمَحْ لَهَا الْعَيْنَانِ
Kecantikanya
hanyalah kedustaan dan dibuat-buat, jika ia meninggalkan kecantikannya
maka mata-mata tidak ada lagi yang tertarik kepadanya
طُبِعَتْ عَلَى تَرْكِ الْحِفَاظِ فَمَا لَهَا ... بَوَفَاءِ حَقِّ الْبَعْلِ قَطُّ يَدَانِ
Ia diciptakan dalam kondisi tidak bisa menjaga, karenanya ia tidak bisa menjaga dan tidak mampu menunaikan hak suami
إِنْ قَصَّرَ السَّاعِي عَلَيْهَا سَاعَةً ... قَالَتْ وَهَلْ أَوْلَيْتَ مِنْ إِحْسَانِ
Jika
sang suami kurang dalam menunaikan haknya sesaat maka ia akan berkata,
“Apakah engkau pernah berbuat baik kepadaku sedikitpun?”
أَوْ رَامَ تَقْوِِيْمًا لَهَا اسْتَعْصَتْ وَلَمْ ... تَقْبَلْ سِوَى التَّعْوِيْجِ وَالنُّقْصَانِ
Atau
jika sang suami menginginkan untuk meluruskannya maka ia menolak dan
tidak mau menerima kecuali ingin tetap bengkok dan kurang
أّفْكَارُهَا فِي الْمَكْرِ وَالْكَيْدِ الَّذِي ... قَدَ حَارَ فِيْهِ فِكْرَةُ الْإِنْسَانِ
Pikirannya selalu membuat makar dan tipuan terhadap suaminya yang hal ini membuat bingung pikiran manusia
فَجَمَالُهَا قِشْرٌ رَقِيْقٌ تَحْتَهُ ... مَا شِئْتَ مِنْ عَيْبٍ وَمِنْ نُقْصَانِ
Kecantikannya hanyalah kulit tipis, yang dibalik kulit tipis tersebut terlalu banyak aib dan kekurangan
نَقْدٌ رَدِيْءٌ فَوْقَهُ مِنْ فِضَّةٍ ... شَيْءٌ يُظَنٌّ بِهِ مِنَ الْأَثْمَانِ
Ibarat uang logam yang buruk akan tetapi dilapisi perak, maka disangka merupakan logam yang berharga
فَالنَّاقِدُوْنَ يَرَوْنَ مَاذَا تَحْتَهُ ... وَالنَّاسُ أَكْثُرُهُمْ مِنَ الْعُمْيَانِ
Akan
tetapi orang-orang yang jeli melihat logam yang buruk di bawah perak
tersebut, adapun kebanyakan orang-orang buta tidak melihat keburukan
yang tersembunyi tersebut
أَمَا جَمِيْلاَتُ الْوُجُوْهِ فَخَائِنَا ... تٌ بُعُوْلَهُنَّ وَهُنَّ لِلْأَخْدَانِ
Adapun
wanita-wanita yang cantik jelita wajah-wajah mereka, maka mereka adalah
wanita-wanita yang mengkhianati suami-suami mereka, para wanita
tersebut adalah milik pacar-pacar selingkuh mereka
وَالْحَافِظَاتُ الْغَيْبَ مِنْهُنَّ الَّتِي ... قَدْ أَصْبَحَتْ فَرْدًا مِنَ النِّسْوَانِ
Adapun wanita-wanita yang menjaga diri tatkala tidak ada suami-suami mereka maka sangatlah sedikit diantara para wanita dunia
فَانْظُرْ مَصَارِعَ مَنْ يَلِيْكَ وَمَنْ خَلاَ ... مِنْ قَبْلُ مِنْ شَيْبٍ وَمِنْ شُبَّانِ
Maka
lihatlah keterpurukan orang-orang yang setelahmu dan yang telah lalu
dari kalangan orang-orang tua dan para pemuda (akibat ulah para wanita
dunia-pen)
وَارْغَبْ بِعَقْلِكَ أَنْ تَبِيْعَ الْعَالِيَ الْـ ... ـبَاقِي بِذَا الْأَدْنَى الَّذِي هُوَ فَانِ
Dan
gunakanlah akalmu, apakah engkau hendak menukarkan suatu yang bernilai
dan abadi (yaitu bidadari surga) dengan wanita dunia yang hina dan akan
sirna?
إِنْ كَانَ قَدْ أَعْيَاكَ خُوْدٌ مِثْلُ مَا ... تَبْغِي وَلَمْ تَظْفَرْ إِلَى ذَا الآنِ
Jika engkau tidak mampu untuk meraih wanita (yang cantik dan sholihah) sebagaimana yang kau harapkan hingga saat ini
فَاخْطُبْ مِنَ الرَّحْمَنِ خُوْدًا ثُمَّ قَدِّ ... مْ مَهْرَهَا مَا دُمْتَ ذَا إِمْكَانِ
Maka majukanlah lamaranmu kepada Allah untuk melamar bidadari, lalu serahkan maharnya, selama engkau masih mampu melakukannya
ذَاكَ النِّكَاحُ عَلَيْكَ أَيْسَرُ إِنْ يَكُنْ ... لَكَ نِسْبَةٌ لِلْعِلْمِ وَالْإِيْمَانِ
Pernikahan dengan bidadari lebih mudah bagimu jika engkau memiliki ilmu dan keimanan
وَاللهِ لَمْ تَخْرُجْ إِلَى الدُّنْيَا لِلَذَّ ... ةِ عَيْشُهَا أَوْ لِلْحُطاَمِ الْفَانِي
Demi
Allah, engkau tidaklah keluar di dunia ini hanya untuk menikmati
kelezatan kehidupan dunia atau harta benda dunia yang akan sirna
لَكِنْ خَرَجْتَ لِكَيْ تُعِدَّ الزَّادَ لِلْـ ... أُخْرَى فَجِئْتَ بَأَقْبَحِ الْخُسْرَانِ
Akan
tetapi engkau keluar di muka bumi ini untuk mempersiapkan bekal
akhirat, akan tetapi engkau malah menjadi orang yang sangat merugi
أَهْمَلْتَ جَمْعَ الزَّادِ حَتَّى فَاتَ بَلْ ... فَاتَ الَّذِي أَلْهَاكَ عَنْ ذَا الشَّانِ
Engkau
lalai dari mengumpulkan bekal akhirat hingga lenyaplah kesempatan
bahkan sirnalah dunia yang melalaikan engkau dari perkara yang penting
(akhirat)
وَاللهِ لَوْ أَنَّ الْقُلُوْبَ سَلِيْمَةٌ ... لَتَقَطَّعَتْ أَسَفًا مِنَ الْحِرْمَانِ
Demi
Allah kalau seandainya hati-hati itu bersih maka tentu hati-hati akan
tercabik-cabik bersedih karena terhalangnya (dari meraih akhirat)
لَكِنَّهَا سَكْرَى بِحُبِّ حَيَاتِهَا الدُّ ... نْيَا وَسَوْفَ تُفِيْقُ بَعْدَ زَمَانِ
Akan
tetapi karena sikap mabuk kepayang kepada kehidupan dunia (sehingga
hati tidak bersedih tatkala terhalang dari kabaikan akhirat dan amal
sholeh), akan tetapi suatu saat engkau akan sadar (yaitu tatkala datang
kematian)
***
Setelah Ibnul Qoyyim menyebutkan
sifat-sifat wanita dunia yang penuh dengan kekurangan, maka beliaupun
mulai menyebutkan sifat-sifat bidadari. Beliau berkata :
فَاسْمَعْ صِفَاتِ عَرَائِسِ الْجَنَّاتِ ثُمَّ اخْـ ... ـتَرْ لِنَفْسِكَ يَا أَخَا الْعِرْفَانِ
Dengarlah
sifat-sifat para para mempelai wanita di surga, lalu pilihlah untuk
dirimu wahai saudaraku (apakah engkau memilih wanita dunia yang telah
lalu sifat-sifat mereka, ataukah engkau memilih para bidadari?-pen)
حُوْرٌ حِسَانٌ قَدْ كَمُلْنَ خَلاَئِقًا ... وَمَحَاسِنًا مِنْ أَجْمَلِ النِّسْوَانِ
Wanita-wanita
yang cantik menawan dan jelita mata-mata mereka, sempurna tubuh mereka
dan kemolekan mereka, wanita-wanita yang tercantik
حَتَّى يَحَارَ الطَّرْفُ فِي الْحُسْنِ الَّذِي ... قَدْ أُلْبِسَتْ فَالطَّرْفُ كَالْحَيْرَانِ
Sampai-sampai
pandangan menjadi terheran-heran karena memandang keelokan yang telah
dihiaskan pada mereka, maka jadilah pandangan terperangah
وَيَقُوْلُ لَمَا أَنْ يُشَاهِدَ حُسْنَهَا ... سُبْحَانَ مُعْطِي الْحُسْنِ وَالْإِحْسَانِ
Dan
penghuni surga tatkala melihat keelokan sang bidadari maka ia seraya
berkata, “Maha suci Allah yang telah menganugerahkan keelokan dan
kebaikan”
وَالطَّرْفُ يَشْرَبُ مِنْ كُؤُوْسِ جَمَالِهَا ... فَتَرَاهُ مِثْلَ الشَّارِبِ النَّشْوَانِ
Maka
pandangan mata meneguk dari gelas-gelas (yang dipenuhi dengan)
kecantikan bidadari tersebut maka engkau akan melihatnya seperti peminum
yang sedang mabuk kepayang
كَمُلَتْ خَلاَئِقُهَا وَأُكْمِلَ حُسْنُهَا ... كَالْبَدْرِ لَيْلَ السِّتِّ بَعْدَ ثَمَانِ
Sungguh
sempurna tubuh sang bidadari dan telah disempurnakan pula keelokannya,
maka jadilah seperti rembulan tatkala malam ke lima belas
وَالشَّمْسُ تَجْرِي فِي مَحَاسِنِ وَجْهِهَا ... وَاللَّيْلُ تَحْتَ ذَوَائِبِ الْأَغْصَانِ
Dan matahari bergulir dalam keindahan rupa wajahnya, dan malam juga bergulir di bawah ikatan-ikatan kepang rambutnya
فَتَرَاهُ يَعْجَبُ وَهُوَ مَوْضِعُ ذَاكَ مِنْ ... لَيْلٍ وَشَمْسٍ كَيْفَ يَجْتَمِعَانِ
Maka engkau akan melihatnya terkagum-kagum, yaitu pada kondisi demikian kok bisa malam dan matahari tergabungkan
فَيَقُوْلُ سُبْحَانَ الَّذِي ذَا صُنْعُهُ ... سُبْحَانَ مُتْقِنِ صُنْعَةِ الْإِنْسَانِ
Maka
iapun berkata, “Maha suci Allah yang demikian indah ciptaannya, maha
suci Allah yang menyempurnakan penciptaan sang bidadari”
لاَ الَّيْلُ يُدْرِكُ شَمْسَهَا فَتَغِيْبُ عِنْـ ... ـدَ مَجِيْئِهِ حَتَّى الصَّبَاحِ الثَّانِي
Malam tidaklah menemui mataharinya sehingga matahari tidak tenggelam tatkala tiba malam hari hingga esok pagi
وَالشَّمْسُ لاَ تَأْتِي بِطَرْدِ اللَّيْلِ بَلْ ... يَتَصَاحَبَانِ كِلاَهُمَا أَخْوَانِ
Dan matahari juga tidak mengusir malam, bahkan keduanya bersahabat dan bersaudara
وَكِلاَهُمَا مِرْآةُ صَاحِبِهِ إِذَا ... مَا شَاءَ يُبْصِرُ وَجْهَهُ يَرَيَانِ
Keduanya merupakan cahaya pemiliknya, jika ia hendak melihat wajahnya maka keduanya akan melihat
Penjelasan : Dalam hadits yang shahih Rasulullah bersabda :
وَأَزْوَاجٌ
وَوَصَائِفُ أَدْنَاهُنَّ حَوْرَاءُ عَيْنَاءُ عَلَيْهَا سَبْعُوْنَ
حُلَّةً يُرَى مُخُ سَاقِهَا مِنْ وَرَاءِ حُلَلِهَا، كَبِدُهَا مِرْآتُهُ
وَكَبِدُهُ مِرْآتُهَا إِذَا أَعْرَضَ عَنْهَا إِعْرَاضَةً ازْدَادَتْ فِي
عَيْنِهِ سَبْعِيْنَ ضِعْفًا عَمَّا كَانَتْ قَبْلَ ذَلِكَ، فَيَقُوْلُ
لَهَا وَاللهِ لَقَدْ ازْدَدْتِ فِي عَيْنِي سَبْعِيْنَ ضِعْفًا وَتَقُوْلُ
لَهُ وَأَنْتَ لَقَدِ ازْدَدْتَ فِي عَيْنِي سَبْعِيْنَ ضِعْفًا
“Dan
para istri serta para pelayan, yang paling rendah diantara mereka
adalah bidadari yang memakai 70 gaun, terlihat sum-sum betisnya di balik
gaun-gaun tersebut. Hati sang bidadari merupakan cermin bagi sang lelaki dan hati sang lelaki juga menjadi cermin bagi sang bidadari. Jika
sang lelaki (penghuni surga) berpaling dari sang bidadari (kemudian
kembali kepada sang bidadari-pen) maka sang bidadari akan bertambah
cantik 70 kali lipat dari sebelumnya. Maka sang lelakipun berkata, “Demi
Allah dikau telah bertambah cantik 70 kali lipat di mataku”, maka sang
bidadari juga berkata kepada sang lelaki, “Demikian juga engkau
bertambah ketampananmu 70 kali lipat di mataku” (Hadits ini di shahihkan
oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih at-Targhiib wa at-Tarhiib 3/227 no
3591)
Adapun hadits yang menyebutkan bahwa wajah bidadari seperti
cermin dan juga sebaliknya wajah sang lelaki juga seperti cermin maka
haditsnya lemah. Diriwayatkan bahwasanya Nabi bersabda
إِنَّ
الرَّجُلَ لَيَتَّكِئُ فِي الْجَنَّةِ سَبْعِينَ سَنَةً قَبْلَ أَنْ
يَتَحَوَّلَ ثُمَّ تَأْتِيهِ امْرَأَتُهُ فَتَضْرِبُ عَلَى مَنْكِبَيْهِ
فَيَنْظُرُ وَجْهَهُ فِي خَدِّهَا أَصْفَى مِنْ الْمِرْآةِ
“Sesungguhnya
seorang lelaki bertelekan di surga selama 70 tahun sebelum ia
berpindah, kemudian datanglah kepadanya seorang wanita lalu menepuk
pundak sang lelaki, mak sang lelakipun melihat wajahnya tercerminkan di
pipi sang wanita, lebih bening daripada kaca” (HR Ahmad 18/243 no 11715
dan dinyatakan dho’iif oleh Al-Arnauuth dan Syaikh Al-Albani dalam
Dho’iif at-Targhiib wa at-Tarhiib 2/250 no 2213)
فَيَرَى مَحَاسِنَ وَجْهِهِ فِي وَجْهِهَا ... وَتَرَى مَحَاسِنَهَا بِهِ بِعَيَانِ
Maka
ia akan melihat ketampanan wajahnya di wajah sang bidadari, dan
bidadari akan melihat kecantikannya pada sang lelaki dengan pandangan
mata
حُمْرُ الْخُدُوْدِ ثُغُوْرُهُنَّ لَآلِئُ ... سُوْدُ الْعُيُوْنِ فَوَاتِرُ الْأَجْفَانِ
Sungguh
putih (kemerah-merahan) pipi-pipi para bidadari, gigi-gigi mereka
adalah untaian mutiara, lingkaran pupil mata yang sangat hitam dengan
lobang mata yang tidak terlalu cekung
وَالْبَرْقُ يَبْدُو حِيْنَ يَبْسِمُ ثَغْرُهَا ... فَيُضِيْءُ سَقْفَ الْقَصْرِ بِالْجُدْرَانِ
Dan Nampak cahaya tatkala mulutnya tersenyum, maka menyinari langit-langit istana dan dinding-dindingnya
وَلَقَدْ رَوَيْنَا أَنَّ بَرْقًا سَاطِعًا ... يَبْدُو فَيَسْأَلُ عَنْهَ مَنْ بِجَنَانِ
Dan
sungguh kami telah meriwayatkan bahwasanya ada sebuah cahaya yang
terang muncul maka para penghuni surga bertanya-tanya tentang cahaya
tersebut
فَيُقَالُ هَذَا ضَوْءُ ثَغْرٍ ضَاحِكٍ ... فِي الْجَنَّةِ الْعُلْيَا كَمَا تَرَيَانِ
Maka
dikabarkan bahwasanya ini adalah cahaya yang keluar dari mulut seorang
bidadari yang ada di surga yang tinggi sebagaimana yang engkau lihat
Penjelasan : Diriwayatkan bahwasanya Nabi bersabda
سَطَعَ نُوْرٌ فِي الْجَنَّةِ ، فَرَفَعُوا رُؤُوْسَهُمْ ، فَإِذَا هُوَ مِنْ ثَغْرِ حَوْرَاءَ ضَحِكَتْ فِي وَجْهِ زَوْجِهَا
“Nampak
sebuah cahaya di surga maka penduduk surgapun mengangkat kepala-kepala
mereka, ternyata cahaya tersebut keluar dari tawa bidadari di hadapan
suaminya” (Hadits ini dinilai maudhuu’/palsu oleh syaikh Al-Albani, lihat Ad-Dho’iifah 8/174 no 3699)
للهِ لاَثِمُ ذَلِكَ الثَّغِرِ الَّذِي ... فِي لَثْمِهِ إِدْرَاكُ كُلِّ أَمَانِ
Demi
Allah (sungguh bahagia) orang yang mengecup mulut bidadari tersebut
yang dalam kecupan tersebut ia akan merasakan penuh rasa tentram
وَالْقَدُّ مِنْهَا كَالْقَضِيْبِ اللَّدُن فِي...حُسْنِ الْقِوَامِ كَأَوْسَطِ الْقُضْبَانِ
Dan
perawakan tinggi tubuh sang bidadari seperti batang/dahan pohon yang
semampai dengan ketinggian yang cantik sebagaimana batang pohon yang
semampai (tidak tinggi dan tidak rendah-pen)
فِي مَغْرِسٍ كَالْعَاجِ تَحْسَبُ أَنَّهُ ... عَالِي النَّقَا أَوْ وَاحِدُ الْكُثْبَانِ
Yang
batang pohon yang semampai tersebut tertancap seperti gading (yang
putih), engkau melihatnya tinggi bersih atau seperti sebuah tumpukan
pasir putih
Penjelasan : Diumpamakan tubuh bidadari seperti
batang/dahan pohon yang basah karena segarnya tubuh bidadari tersebut,
dan dimisalkan tubuh bidadari seperti gading yang putih karena padat dan
montok serta putihnya tubuh bidadari tersebut.
لاَ الظَّهْرُ يَلْحَقُهَا وَلَيْسَ ثُدِيُّهَا ... بِلَوَاحِقٍ لِلْبَطْنِ أَوْ بِدَوَانِ
Maka tidaklah bidadari itu pendek, dan tidaklah pula buah dadanya menempel pada perut atau menjulur ke bawah
لَكِنَّهُنَّ كَوَاعِبُ وَنَوَاهِدُ ... فَثُدِيُّهُنَّ كَأَلْطَفِ الرُّمَّانِ
Akan tetapi buah dada mereka bundar dan tegak… maka payudara mereka seperti buah delima yang paling halus
Penjelasan : Tentang buah dada bidadari maka Allah telah berfirman:
وَكَوَاعِبَ أَتْرَابًا (٣٣)
“(Bagi penghuni surga para bidadari) yang buah dada mereka bulat melingkar serta remaja yang sebaya” (An-Naba’ : 33)
Ibnu Katsiir berkata:
قَالَ
ابْنُ عَبَّاسٍ وَمَجَاهِدٌ، وَغَيْرُ وَاحِدٍ: { كَوَاعِبَ } أَيْ:
نَوَاهِدَ، يَعْنُوْنَ أَنَّ ثُدُيَّهُنَّ نَوَاهِدُ لَمْ يَتَدَلِّيْنَ
لِأَنَّهُنَّ أَبْكَارٌ
“Ibnu Abbas, Mujahid, selain mereka berdua
telah berkata “Kawaa’ib” artinya adalah yang tegak, maksud mereka
adalah buah dada para bidadari tegak dan tidak terjulur ke bawah, karena
mereka adalah gadis-gadis perawan” (Tafsiir Ibnu Katsiir 8/308)
Ar-Roozi berkata :
كَوَاعِبُ جَمْعُ كَاعِبٍ وَهِيَ النَّوَاهِدُ الَّتِي تَكَعَّبَتْ ثُدِيُّهُنَّ وَتَفَلَّكَتْ
“Kawaa’ib
(dalam bahasa Arab) adalah kata jamak dari kata mufrod Kaa’ib, dan
maknanya adalah buah dada yang tegak yang membundar dan membulat”
(Mafaatiih al-Ghoib 31/19)
وَالْجَيَدُ ذُوْ طُوْلٍ وُحُسْنٍ فِي بَيَا ... ضٍ وَاعْتِدَالٍ لَيْسَ ذَا نُكْرَانِ
Bidadari
yang memiliki leher yang ttinggi dan cantik dalam putihnya kulitnya
dengan penuh keseimbangan tanpa ada sifat yang diingkari
يَشْكُو الْحُلِيُّ بِعَادَهُ فَلَهُ مَدَى الْـ ... أَيَّامِ وَسْوَاسٌ مِنَ الْهِجْرَانِ
Hingga
perhiasan (kalung) yang ada di dadanya mengeluhkan jauhnya ia dari
leher sang bidadari (yang menunjukkan tingginya leher bidadari-pen),
maka baginya sejauh hari-hari yang penuh dengan kegelisahan karena
terpisah jauh dari leher sang bidadari
وَالْمِعْصَمَانِ فَإِنْ تَشَأْ شَبِّهْهُمَا ... بِسَبِيْكَتَيْنِ عَلَيْهِمَا كَفَّانِ
Dan
kedua pergelangan tangan sang bidadari –jika engkau suka- maka
serupakanlah dengan dua batang emas yang dua telapak tangan berada di
atas dua batang emas tersebut
كَالزُّبْدِ لِيْنًا فِي نُعُوْمَةِ مَلْمَسٍ ... أَصْدَافُ دُرٍّ دُوِّرَتْ بَوَزَانِ
Lembutnya
sentuhan bidadari seperti lembutnya yogurt, sungguh kedua pergelangan
bidadari seperti mutiara-mutiara yang dijadikan bulat dengan penuh
keseimbangan
وَالصَّدْرُ مَتَّسِعٌ عَلَى بَطْنٍ لَهَا ... حُفَّتْ بِهِ خِصْرَانِ ذاتُ ثَمَانِ
Dan dada bidadari melebar di atas perutnya…. Dilingkupi oleh dua pinggangnya yang bodinya membentuk delepan lekukan
وَعَلَيْهَا أَحْسَنُ سُرَّةٍ هِيَ مَجْمَعُ الْـ ... ـخِصْرَيْنِ قَدْ غَارَتْ مِنَ الأَعْكَانِ
Dan
di atas pinggangnya ada pusar yang sang sangat indah, yang pusar
tersebut adalah tempat bertemunya dua pinggang, dan pusar tersebut telah
berbentuk cekung ke dalam karena dikelilingi perut
حَقٌّ مِنَ الْعَاجِ اسْتَدَارَ وَحَوْلَهُ ... حَبَّاتُ مِسْكٍ وَجَلَّ ذُوْ الْإِتْقَانِ
Sungguh
cekungnya pusar tersebut sangat mirip dengan cekung dan bulat (serta
putihnya) gading, dan disekelilingnya dihiasi dengan butiran-butiran
kesturi, dan sungguh maha tinggi Allah Yang maha sempurna penciptaanNya
وَإِذَا انْحَدَرْتَ رَأَيْتَ أمراً هَائِلاً... مَا لِلصِّفَاتِ عَلَيْهِ مِنْ سُلْطَانِ
Jika
engkau memandang apa yang ada di bawah pusar sang bidadari maka engkau
akan melihat perkara yang menakjubkan (tentang kemaluan sang
bidadari-pen), tidak ada kemampuan untuk bisa menjelaskan sifat-sifat
perkara tersebut.
لاَ الْحَيْضُ يَغْشَاهُ وَلاَ بَوْلٌ وَلاَ ... شَيْءٌ مِنَ الآفَاتِ فِي النِّسْوَانِ
Tidak
ada darah haid yang menutupinya dan tidak juga ada air kencing, serta
tidak ada sesuatupun dari hal-hal buruk yang terdapat pada wanita-wanita
dunia
Penjelasan : Allah berfirman tentang sucinya bidadari :
وَبَشِّرِ
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ
تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ
ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَأُتُوا
بِهِ مُتَشَابِهًا وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا
خَالِدُونَ
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka
yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga
yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki
buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang
pernah diberikan kepada Kami dahulu." mereka diberi buah-buahan yang
serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya” (QS Al-Baqoroh :25)
وَالَّذِينَ
آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ
تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا لَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ
مُطَهَّرَةٌ وَنُدْخِلُهُمْ ظِلا ظَلِيلا (٥٧)
“Dan orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang shaleh, kelak akan Kami
masukkan mereka ke dalam surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai;
kekal mereka di dalamnya; mereka di dalamnya mempunyai isteri-isteri yang Suci, dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman” (QS An-Nisaa : 57)
Ibnu Mas’uud, Mujahid, ‘Atoo’, dan Qotaadah berkata :
لاَ يَحِضْنَ وَلاَ يُمْنِيْنَ وَلاَ يَلِدْنَ وَلاَ يَتَغَوَّطْنَ وَلاَ يَبُلْنَ وَلاَ يَبْزُقْنَ
“(Istri-istri
yang disucikan yaitu) mereka tidak haid, tidak mengeluarkan air mani,
tidak melahirkan, tidak buang air besar, tidak buang air kecil, dan
tidak meludah” (Lihat Ad-Dur Al-Mantsuur 1/97-98)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
أَوَّلُ
زُمْرَةٍ تَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُوْرَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ
الْبَدْرِ وَالَّذِيْنَ عَلَى إِثْرِهِمْ كَأَشَدِّ كَوْكَبٍ إِضَاءَةً،
قُلُوْبُهُمْ عَلَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ لاَ اخْتِلاَفَ بَيْنَهُمْ وَلاَ
تَبَاغُضَ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ، كُلُّ وَاحِدَةٍ
مِنْهُمَا يُرَى مُخُ سَاقِهَا مِنْ وَرَاءِ لَحْمِهَا مِنَ الْحَسَنِ
يُسَبِّحُوْنَ اللهَ بُكْرَةً وَعَشِيًّا لاَ يَسْقَمُوْنَ وَلاَ
يَتَمَخَّطُوْنَ وَلاَ يَبْصُقُوْنَ آنِيَتُهُمْ الذَّهَبُ وَالْفِضَّةُ
وَأَمْشَاطُهُمُ الذَّهَبُ وَقُوْدُ مَجَامِرِهِمْ الأُلُوَّةَ
وَرِشْحُهُمْ الْمِسْكُ
“Rombongan yang pertama kali masuk
surga dalam bentuk rembulan di malam purnama, dan rombongan berikutnya
seperti bintang yang paling terang cahayanya, hati-hati mereka satu,
tidak ada perselisihan di antara mereka, tidak ada saling membenci,
masing-masing dari mereka mendapatkan dua orang istri (bidadari),
masing-masing dari kedua bidadari tersebut terlihat sum-sum betisnya di
belakang dagingnya karena terlalu indahnya, mereka bertasbih kepada
Allah pagi dan sore hari, mereka tidak sakit, tidak beringus, tidak
meludah, bejana-bejana mereka dari emas dan perak, sisir-sisir mereka
dari emas, kayu yang dibakar untuk wewangian adalah kayu gaharu, dan
keringat mereka adalah minyak kesturi” (HR Al-Bukhari no 3074 dan Muslim no 7330)
Hadits
ini menunjukkan bahwa seluruh penghuni surga (bukan hanya bidadari
saja) disucikan oleh Allah sehingga tidak memiliki kotoran yang keluar
dari tubuh mereka.
فَخِذَانِ قَد حَفَا بِهِ حَرَسًا لَهُ ... فَجَنَابُهُ فِي عِزَّةٍ وِصِيَانِ
Dua
paha yang telah meliputi perkara tersebut (kemaluan sang bidadari-pen)
dan menjaganya, maka sisi kemaluan bidadari tersebut telah terjaga di
bawah penjagaan dan keperkasaan
قَامَا بِخِدْمَتِهِ هُوَ السُّلْطَانُ بَيْـ ... ـنَهُمَا وَحَقٌّ طَاعَةُ السُّلْطَانِ
Kedua
paha tersebut melayani kemaluan sang bidadari, dialah sang raja
diantara kedua paha tersebut, dan merupakan hak untuk menaati sang raja
وَجِمَاعُهَا فَهُوَ الشِّفَا لِصَبِّهَا ... فَالصَّبُّ مِنْهُ لَيْسَ بِالضَّجْرَانِ
Dan
menyetubuhi bidadari merupakan penawar dan obat kecintaannya kepada
sang bidadari, maka kecintaan dari sang lelaki dan bukanlah kegelisahan
وَإِذَا يُجَامِعُهَا تَعُوْدُ كَمَا أَتَتْ ... بِكْرًا بِغَيْرِ دَمٍ وَلاَ نُقْصَانِ
Jika
ia menyetubuhi sang bidadari maka sang bidadari akan kembali lagi
keperawanannya tanpa ada darah dan tanpa ada kekurangan sama sekali
فَهُوَ الشَّهِيُّ وَعُضْوُهُ لاَ يَنْثَنِي ... جَاءَ الْحَدِيْثُ بِذَا بِلاَ نُكْرَانِ
Dialah
sang lelaki yang berhasrat, dan kemaluannya tidak akan bengkok (loyo)
sebagaimana ada hadits Nabi yang menjelaskan akan hal ini, tidak perlu
diingkari
وَلَقَدْ رَوَيْنَا أَنَّ شُغْلَهُمُ الَّذِي ... قَدْ جَاءَ فِي يَاسِيْنَ دُوْنَ بَيَانِ
Dan
sungguh kami telah meriwayatkan bahwasanya kesibukan mereka yang telah
disebutkan dalam surat yaasiin tanpa perlu penjelasan lagi
شُغْلُ الْعَرُوْسِ بِعُرْسِهِ مِنْ بَعْدِمَا ... عَبَثَتْ بِهِ الْأَشْوَاقُ طُوْلَ زَمَانِ
Yaitu
kesibukan seorang pengantin mempelai lelaki dengan mempelai wanitanya,
setelah sekian lama sang mempelai lelaki telah diombang ambingkan oleh
kerinduan
بِاللهِ لاَ تَسْأَلْهُ عَنْ أَشْغَالِهِ ... تِلْكَ اللَّيَالِي شَأْنُهُ ذُوْ شَانِ
Demi Allah janganlah engkau bertanya kepadanya tentang kesibukannya pada malam-malam itu…perkaranya sangat hebat
وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلاً بِصَبٍّ غَابَ عَنْ ... مَحْبُوْبِهِ فِي شَاسِعِ الْبُلْدَانِ
Dan
buatlah perumpamaan kepada mereka dengan seorang pria yang memendam
kerinduan dan telah terpisah lama dari kekasihnya di negeri yang jauh
وَالشَّوْقُ يُزْعِجُهُ إِلَيْهِ وَمَا لَهُ ... بِلِقَائِهِ سَبَبٌ مِنَ الْإِمْكَانِ
Kerinduan senantiasa menggelisahkannya, namun tidak ada kemungkinan untuk bertemu dengan kekasihnya
وَافَى إِلَيْهِ بَعْدَ طُوْلِ مَغِيْبِهِ ... عَنْهُ وَصَارَ الْوَصْلُ ذَا إِمْكَانِ
Setelah lama berpisah dari kekasihnya tiba-tiba mungkin baginya untuk bisa bertemu dengan kekasihnya
أَتَلُوْمُهُ إِنْ صَارَ ذَا شُغْلٍ بِهِ ... لاَ وَالَّذِي أَعْطَى بِلاَ حُسْبَانِ
Maka
apakah engkau mencelanya jika lantas iapun sibuk (bersetubuh) dengan
kekasihnya? Tentu tidak, demi Dzat yang memberikan karunia tanpa batasan
يَا رَبِّ غُفْرًا قَدْ طَغَتْ أَقْلاَمُنَا ... يَا رَبِّ مَعْذِرَةً مِنَ الطُّغْيَانِ
Wahai
Robku ampunilah kami, pena-pena kami telah melampaui batas (dalam
mensifati para bidadari), waha Robku maafkanlah kami karena sikap
melampaui batas ini
***
أَقْدَامُهَا مِنْ فِضَّةٍ قَدْ رُكِّبَتْ ... مِنْ فَوْقِهَا سَاقَانِ مُلْتَفَّانِ
Kaki-kaki sang bidadari dari perak (putih dan padat), telah disusun di atasnya dua betis yang saling rapat
وَالسَّاقُ مِثْلُ الْعَاجِ مَلْمُوْمُ يُرَى ... مُخُ الْعِظَامِ وَرَاءَهُ بِعِيَانِ
Dan betis seperti gading (yang padat dan putih), terhimpun yang terlihat dengan pandangan mata sum-sum tulang di belakang tulang
وَالرِّيْحُ مِسْكٌ الْجُسُوْمُ نَوَاعِمُ ... وَاللَّوْنُ كَالْيَاقُوْتِ وَالْمَرْجَانِ
Dan
aroma tubuh sang bidadari adalah harumnya kesturi dan tubuhnya yang
lembut dan halus, warna kulitnya seperti permata dan mutiara
وَكَلاَمُهَا يَسْبِي الْعُقُوْلَ بِنَغْمَةٍ ... زَادَتْ عَلَى الْأَوْتَارِ وَالْعِيْدَانِ
Ucapan-ucapan
sang bidadari menawan akal, dengan senandung sang bidadari yang lebih
indah daripada nada senar-senar gitar dan rebana
وَهِيَ الْعَرُوْبُ بِشَكْلِهَا وَبِدَلِّهَا ... وَتَحَبُّبٍ لِلزَّوْجِ كُلَّ أَوَانِ
Dialah
sang bidadari dengan bodinya dan sifat manja dan genitnya adalah
‘Al-‘Aruub” yaitu senantiasa rindu dan cinta kepada suaminya, setiap
saat
وَهِيَ الَّتِي عِنْدَ الْجِمَاعِ تَزِيْدُ فِي ... حَرَكَاتِهَا لِلْعَيْنِ وَالأُذُنَانِ
Dialah
sang bidadari yang setiap disetubuhi semakin bertambah
gerakan-gerakannya yang terlihat oleh mata dan terdengar oleh kedua
telinga
لُطْفًا وَحُسْنَ تَبَعُّلٍ وَتَغَنُّجٍ ... وَتَحَبُّبٍ تَفْسِيْرُ ذِي الْعِرْفَانِ
Sangat
lembut dan sangat baik dalam menyikapi suaminya, sangat genit, sangat
cinta kepada suaminya…demikianlah penafsiran ahli ilmu (tentang makna
“Al-‘Aruub”)
تِلْكَ الْحَلاَوَةُ وَالْمَلاَحَةُ أَوْجَبَا ... إِطْلاَقَ هَذَا اللَّفْظِ وَضْعَ لِسَانِ
Itulah manisnya dan cantiknya bidadari yang menjadikan tersusunlah kata-kata dalam bait-bait sya’ir ini sebagai ungkapan lisan
فَمَلاَحَةُ التَّصْوِيْرِ قَبْلَ غُنَاجِهَا ... هِيَ أَوَّلٌ وَهِيَ الْمَحَلُّ الثَّانِي
Maka
moleknya pembentukan tubuh bidadari sebelum kegenitannya….dialah sang
bidadari yang memiliki rupa menawan dan dialah tempat kegenitan
فَإِذَا هُمَا اجْتَمَعَا لِصَبٍّ وَامِقٍ ... بَلَغَتْ بِهِ اللَّذَّاتُ كُلَّ مَكَانِ
Ternyata
keduanya (kemolekan rupa tubuhnya dan kegenitannya) tergabungkan untuk
sang lelaki yang sangat rindu, maka dengan hal ini kelezatan-kelezatan
mencapai semua tempat
أَتْرَابُ سِنٍّ وَاحِدٍ مُتَمَاثِلٍ ... سِنُّ الشَّبَابِ لِأَجْمَلِ الشُّبَّانِ
Para bidadari sebaya umur mereka, seperti umur muda-mudi yaitu dari kalangan muda-mudi yang paling menawan
بِكْرٌ فَلَمْ يَأْخُذْ بَكَارَتَهَا سِوَى الْـ ... ـمَحْبُوْبِ مِنْ إِنْسٍ وِلاَ مِنْ جَانِ
Bidadari yang perawan, maka tidak ada dari seorang manusia maupun jin yang merebut keperawanannya kecuali kekasihnya saja
حِصْنٌ عَلَيْهِ حَارِسٌ مِنْ أَعْظَمِ الْـ ... ـحُرَّاسِ بِأْسَا شَأْنُهُ ذُوْ شَانِ
Keperawanan
tersebut adalah benteng bagi kemaluan sang bidadari, sebagai penjaga,
bahkan penjaga yang sangat kuat dan kokoh (dimana sang penjaga tidak
akan membiarkan sesuatupun masuk, yang boleh masuk hanyalah kemaluan
sang penghuni surga-pen)
فَإِذَا أَحَسَّّ بِدَاخِلٍ لِلْحِصْنِ وَلَّـ ... ـى هَارِبًا فَتَرَاهُ ذَا إِمْعَانِ
Jika
sang penjaga (yaitu keperawanan) merasakan ada yang hendak masuk dalam
kemaluan sang bidadari (yaitu kemaluan penghuni surga yang ingin
masuk-pen) maka sang penjaga segera lagi dengan sungguh-sungguh
وَيَعُوْدُ وهنا حِيْنَ رَبُّ الْحِصْنِ يَخْـ ... ـرُجُ مِنْهُ فَهُوَ كَذَا مَدَى الْأَزْمَانِ
Lalu
setelah pemilik benteng tersebut telah pergi maka sang penjaga (yaitu
keperawanan) pun akan kembali, dan demikianlah kondisi sang penjaga
sepanjang zaman
وَكَذَا رَوَاهُ أَبُوْ هُرَيْرَةَ أَنَّهَا ... تَنْصَاغُ بِكْرًا لِلْجِمَاعِ الثَّانِي
Dan demikianlah Abu Huroiroh meriwayatkan bahwasanya sang bidadari kembali menjadi perawan untuk persetubuhan berikutnya
لَكِنَّ دَرَّاجًا أَبَا السَّمْحُ الَّذِي ... فِيْهِ يُضَعِّفُهُ أُوْلُو الْإِتْقَانِ
Akan tetapi perawi dalam sanad hadits ini yang bernama Darroj Abu As-Samh dinilai dho’iif oleh para ahli hadits
هَذَا وَبَعْضُهُمْ يُصَحِّحُ عَنْهُ فِي التَّـ ... ـفْسِيْرِ كَالْمَوْلُوْدِ مِنْ حِبَّانِ
Akan
tetapi sebagian ahli hadits menilai shahihnya hadits ini untuk
menafsirkan firman Allah (di surat yaa siin) sebagaimana dishahihkan
oleh ibnu Hibbaan
فَحَدِيْثُهُ دُوْنَ الصَّحِيْحِ وَإِنَّهُ ... فَوْقَ الضَّعِيْفُ وَلَيْسَ ذَا إِتْقَانِ
Namun
hadits-haditsnya Ibnu Hibban masih dibawah tingkatan hadits-hadits yang
shahih meskipun haditsnya di atas hadits-hadits yang dho’iif, dan ia
bukanlah yang (paling) ahli
يُعْطَي الْمُجَامِعُ قُوَّةَ الْمِائَةِ الَّتِي اجْـ ... ـتَمَعَتْ لِأَقْوَى وَاحِدِ الْإِنْسَانِ
Seorang
penghuni surga yang bersetubuh akan diberi kekuatan 100 orang, yaitu
100 kali lipat kekuatan manusia di dunia yang paling kuat bersetubuh
لاَ أَنّ قُوَّتَهُ تَضَاعَفُ هَكَذَا ... إِذْ قَدْ يَكُوْن لِأَضْعَفِ الْأَرْكَانِ
Bukan
kekuatan penghuni surga ini yang dilipat gandakan, karena bisa jadi
sang penghuni surga dahulunya tatkala di dunia merupakan orang yang
lemah dalam bersetubuh
وَيَكُوْنُ أَقْوَى مِنْهُ ذَا نَقْصٍ مِنَ الْـ ... إِيْمَانِ وَالْأَعْمَالِ وَالْإِحْسَانِ
Dan
(tatkala di dunia bisa jadi) orang yang lemah imannya dan lebih sedikit
amal dan kebaikannya dari pada dia ternyata lebih kuat bersetubuh dari
pada dia tatkala di dunia
وَلَقَدْ رَوَيْنَا أَنَّهُ يَغْشَى بِيَوْ ... مٍ وَاحِدٍ مِائَةً مِنَ النِّسْوَانِ
Dan sungguh kami telah meriwayatkan (dalam sebuah hadits) bahwasanya dalam sehari ia bersetubuh dengah 100 bidadari
وَرِجَالُهُ شَرْطُ الصَّحِيْحِ رَوَوْا لَهُمْ ... فِيْهِ وَذَا فِي مُعْجَمِ الطَّبْرَانِي
Dan
para perawi hadits tersebut sesuai dengan persyaratan shahih
(Al-Bukhari), dan hadits ini diriwayatkan oleh At-Tabrani dalam
mu’jamnya
Penjelasan : Ibnul Qoyyim memaksudkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Huroiroh
قِيْلَ
يَا رَسُوْلَ اللهِ، هَلْ نَصِلُ إِلَى نِسَائِنَا فِي الْجَنَّةِ ؟
فَقَالَ : إِنَّ الرَّجُلَ لَيَصِلُ فِي الْيَوْمِ إِلَى مِائَةِ
عَذْرَاءَ
Dikatakan kepada Nabi, “Wahai Rasulullah, apakah kita
akan berhubungan dengan bidadari-bidadari kita di surga?”, Maka Nabi
shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Seseorang di surga bisa
berhubungan dengan 100 bidadari dalam sehari” (dishahihkan oleh Syaikh
Al-Albani dalam As-Shahihah no 367)
هَذَا دَلِيْلٌ أَنَّ قَدْرَ نِسَائِهِمْ ... مُتَفَاوِتٌ بِتَفَاوُتِ الْإِيْمَانِ
Hadits
ini merupakan dalil bahwasanya banyaknya para bidadari
bertingkat-tingkat sesuai dengan tingkatan keimanan para penghuni surga
وَبِهِ يَزُوْلُ تَوَهُّمُ الْإِشْكَالِ عَنْ ... تِلْكَ النُّصُوْصِ بِمِنَّةِ الرَّحْمَانِ
Dengan
demikian –dengan karunia dari Ar-Rahman- maka hilanglah problem tentang
hadits-hadits tersebut (yang sebagiannya menunjukkan bahwa seorang
penghuni surga hanya memperoleh 2 bidadari, dan sebagian hadits yang
lain menunjukkan bahwa seorang penghuni surga bisa memperoleh lebih dari
2 bidadari-pen)
وَبِقُوَّةِ الْمِائَةِ الَّتِي حَصَلَتْ لَهُ ... أَفْضَى إِلَى مِاَئِة بِلاَ خَوَرَانِ
Dengan kekuatan 100 orang (dalam bersetubuh) yang ia peroleh maka ia bisa menyetubuhi 100 bidadari tanpa lemas dan loyo
وَأَعَفُّهُمْ فِي هَذِهِ الدُّنْيَا هُوَ الْـ ... أَقْوَى هُنَاكَ لِزُهْدِهِ فِي الْفَانِي
Dan
orang yang paling menjaga dirinya di dunia ini maka dialah yang paling
kuat kelak di surga, karena ia berskiap zuhud di dunia yang fana ini
فَاجْمَعْ قُوَاكَ لِمَا هُنَاكَ وَغَمِّضِ الْـ ... ـعَيْنَيْنِ وَاصْبِرْ سَاعَةً لِزَمَانِ
Karenanya kumpulkanlah kekuatanmu untuk surga, dan tundukkanlah pandanganmu, dan bersabarlah sebentar untuk kenikmatan abadi
مَا هَهُنَا وَاللهِ مَا يُسَوِّي قَلاَ ... مَةُ ظُفْرٍ وَاحِدَةٍ تَرَى بِجَنَانِ
Demi Allah wanita-wanita dunia tidak sebanding dengan kuku salah seorang bidadari yang kau lihat di surga
مَا هَهُنَا إِلاَّ النَّقَّارُ وَسَيِيءُ الْـ ... أَخْلاَقِ مَعَ عَيْبٍ وَمَعَ نُقْصَانِ
Wanita di dunia hanyalah tukang cerewet dan berakhlak buruk, disertai aib-aib dan kekurangan
هَمٌّ وَغَمٌّ دَائِمٌ لاَ يَنْتَهِي ... حَتىَّ الطَّلاَقِ أَوِ الْفِرَاقِ الثَّانِي
Seorang
lelaki di dunia selalu diselimuti kesedihan dan gundah gulana bersama
wanita dunia, dan tidak akan hilang hingga berpisah dari istrinya atau
ia meninggal dunia
وَاللهُ قَدْ جَعَلَ النِّسَاءَ عَوَانِيًا ... شَرْعًا فَأَضْحَى الْبَعْلُ وَهُوَ الْعَانِي
Allah
telah menjadikan para wanita (dunia) sebagai tawanan para lelaki
menurut syari’at, akan tetapi kenyataannya malah suami yang tertawan
oleh istrinya
لاَ تُؤْثِرِ الْأَدْنَى عَلَى الْأَعْلَى فَإِنْ ... تَفْعَلْ رَجَعْتَ بِذِلَّةٍ وَهَوَانِ
Janganlah
engkau mendahulukan yang rendah nilainya dengan mengorbankan sesuatu
yang lebih tinggi nilainya, jika engkau melakukannya maka engkau akan
memperoleh kehinaan dan kerendahan
Penjelasan :
Demikianlah Ibnul Qoyyim rahimahullah menyebutkan tentang sifat-sifat
para wanita yang ada di zaman beliau, maka bagaimana lagi jika beliau
rahimahullah melihat para wanita muslimah di zaman kita yang keluar
dalam kondisi setengah bugil, memamerkan kemolekan tubuh mereka…!!!,
maka apakah yang akan diucapkan oleh Ibnul Qoyyim???
***
وَإِذَا بَدَتْ فِي حُلَّةٍ مِنْ لِبْسِهَا ... وَتَمَايَلَتْ كَتَمَايُلِ النَّشْوَانِ
Jika
sang bidadari muncul dengan menggunakan gaun yang indah lantas berjalan
bergoyang-goyang seperti wanita yang sedang mambuk kepayang
تَهْتَزُّ كَالْغُصْنِ الرَّطِيْبِ وَحَمْلُهُ ... وَرْدٌ وَتُفَّاحٌ عَلَى رُمَّانِ
Sang
bidadaripun bergerak-gerak seperti dahan pohon yang segar dan bawaannya
adalah mawar dan buah apel yang berada di atas buah delima (yaitu sang
bidadari memiliki tubuh yang segar dengan pipi yang putih
kemerah-merahan seperti mawar dan buah apel serta buah dada yang tegak
berdiri dan bulat seperti buah delima-pen)
وَتَبَخْتَرَتْ فِي مَشْيِهَا وَيَحِقُّ ذَا ... كَ لِمِثْلِهَا فِي جَنَّةِ الْحَيَوَانِ
Lalu
bidadaripun berjalan dengan kesombongan dan berlenggak-lenggok, dan
pantas gaya jalan seperti itu dilakukan oleh sang bidadari di surga yang
abadi
وَوَصَائِفٌ مِنْ خَلْفِهَا وَأَمَامِهَا ... وَعَلَى شَمَائِلِهَا وَعَنْ أَيْمَانِ
Dan
disertai para pelayan bidadari, di belakang dan di depan sang bidadari,
serta di sebelah kiri dan sebelah kanan sang bidadari
كَالْبَدْرِ لَيْلَةَ تَمِّهِ قَدْ حَفَّ فِي ... غَسَقِ الدُّجَى بِكَوَاكِبِ الْمِيْزَانِ
Sang
bidadari seperti rembulan di malam purnama di gelapnya yang rembulan
tersebut diliputi oleh bintang-bintang yang menyala-nyala
فَلِسَانُهُ وَفُؤَادُهُ وَالطَّرْفُ فِي ... دَهَشٍ وَإِعْجَابٍ وَفِي سُبْحَانِ
Maka
sang penghuni surga jadilah lisannya, hatinya, dan pandangannya
terperanjat dan kagum (melihat bidadari) maka iapun bertasbih memuji
Allah
فَالْقَلْبُ قَبْلَ زِفَافِهَا فِي عُرْسِهِ ... وَالْعُرْسُ إِثْرُ الْعُرْسِ مُتَّصِلاَنِ
Sungguh
hati lelaki penghuni surga sebelum malam pengantin dengan bidadari
telah terpikat dan rindu kepada sang bidadari, maka tersambungkanlah
kerinduan yang terpendam tersebut dengan datangnya malam pengantin
bersama sang bidadari
حَتىَّ إِذَا مَا وَاجَهَتْهُ تَقَابَلاَ ... أَرَأَيْتَ إِذْ يَتَقَابَلُ الْقَمَرَانِ
Hingga tatkala sang bidadari bertemu dengan sang kekasih maka bagaimanakah pendapatmu jika dua rembulan saling bertemu?
فَسَلِ الْمُتَيَّمَ هَلْ يَحِلُّ الصَّبْرُ عَنْ ... ضَمٍّ وَتَقْبِيْلٍ وَعَنْ فَلَتَانِ
Bertanyalah
kepada sang lelaki yang telah mabuk kepayang apakah dia mampu untuk
bersabar tidak memeluk dan mencium dan bersegera menuju sang bidadari?
وَسَلِ الْمُتَيَّمَ أَيْنَ خَلَّفَ صَبْرَهُ ... فِي أَيِّ وَادٍ أَمْ بِأَيِّ مَكَانِ
Bertanyalah kepada sang lelaki yang mabuk kepayang, dimanakah ia buang kesabarannya, di lembah mana?, atau di tempat yang mana?
وَسَلِ الْمُتَيَّمَ كَيْفَ حَالَتُهُ وَقَدْ ... مُلِئَتْ لَهُ الأُذُنَانِ وَالْعَيْنَانِ
Bertanyalah
kepada sang lelaki yang telah mabuk kepayang bagaimanakah kondisinya
padahal kedua telinga dan kedua matanya telah terpenuhi dengan godaan….
مِنْ مَنْطِقٍ رَقَّتْ حَوَاشِيْهِ وَوَجْـ ... ـهٍ كَمْ بِهِ لِلشَّمْسِ مِنْ جَرَيَانِ
Tutur
kata sang bidadari yang lembut (yang berisi senandung-senandung yang
menggoda-pen), dan wajah bidadari yang sangat cantik jelita seakan-akan
bergulir matahari di wajahnya tersebut?
وَسَلِ الْمُتَيَّمَ كَيْفَ عِيْشَتُهُ إِذًا ... وَهُمَا عَلَى فَرْشَيْهِمَا خَلَوَانِ
Bertanyalah
kepada sang lelaki yang telah mabuk kepayang bagaimanakah ketenteraman
kehidupannya jika perkaranya demikian?, sementara mereka hanya
berdua-duan di atas dipan-dipan mereka
يَتَسَاقَطَانِ لآلِئًا مَنْثُوْرَةً ... مِنْ بَيْنِ مَنْظُوْمٍ كَنَظْمِ جَمَانِ
Mereka
berdua saling bersenandung dengan senandung yang terindah yang terlepas
dari mulut mereka berdua, seperti mutiara-mutiara yang terlepaskan dan
terhamburkan
وَسَلِ الْمُتَيَّمَ كَيْفَ مَجْلِسُهُ مَعَ الْـ ... ـمَحْبُوْبِ فِي رَوْحٍ وَفِي رَيْحَانِ
Bertanyalah
kepada sang lelaki yang telah mabuk kepayang bagaimanakah kondisinya
tatkala duduk bersama kekasihnya sang bidadari dalam kesenangan,
ketenteraman, dan anugerah dari Allah
وَتَدُوْرُ كَاسَاتُ الرَّحِيْقِ عَلَيْهِمَا ... بِأَكُفِّ أَقْمَارٍ مِنَ الْوِلْدَانِ
Para
pelayan-pelayan yang muda mengitari mereka berdua sambil membawa
(dengan telapak-telapak mereka yang sangat indah) gelas-gelas yang
berisi arak
يَتَنَازَعَانِ الْكَأْسَ هَذَا مَرَّةً ... وَالْخُوْدُ أُخْرَى ثُمَّ يَتَّكِئَانِ
Mereka
berdua saling memperebutkan gelas-gelas tersebut, terkadang sang lelaki
yang meminum dari gelas tersebut dan terkadang sang bidadari, kemudian
mereka berdua bertelakan
فَيَضُمُّهَا وَتَضُمُّهُ أَرَأَيْتَ مَعْـ ... ـشُوْقَيْنِ بَعْدَ الْبُعْدِ يَلْتَقِيَانِ
Maka
sang lelakipun memeluk sang bidadari, dan sebaliknya sang bidadari juga
memeluk sang lelaki…, bagaimana menurutmu tentang dua orang yang saling
sangat merindukan setelah lama berpisah kemudian bertemu?
غَابَ الرَّقِيْبُ وَغَابَ كُلُّ مُنَكِّدٍ ... وَهُمَا بِثَوْبِ الْوصْلِ مُشْتَمِلاَنِ
Tidak
ada yang mengawasi dan sirnalah semua yang mengganggu, mereka berdua
berselimutkan dalam satu pakaian yang menggabungkan mereka berdua
أَتَرَاهُمَا ضَجِرَيْنِ مِنْ ذَا الْعَيْشِ لاَ ... وَحَيَاةِ رَبِّكَ مَا هُمَا ضَجِرَانِ
Apakah
engkau akan melihat mereka berdua bosan dan terganggu jika kehidupan
mereka seperti ini?, demi Allah, tentu tidak… mereka berdua tidak akan
bosan
وَيَزِيْدُ كُلٌّ مِنْهُمَا حُبًّا لِصَا ... حِبِهِ جَدِيْدًا سَائِرَ الْأَزْمَانِ
Masing-masing akan semakin bertambah cintanya –cinta yang baru- kepada pasangannya, bertambah terus sepanjang masa
وَوِصَالُهُ يَكْسُوْهُ حُبًّا بَعْدَهُ ... مُتَسَلْسِلاً لاً يَنْتَهِي بِزَمَانِ
Dan
hubungannya dengan bidadari menjadikannya memakai gaun cinta, dan
kecintaan tersebut akan terus berkesinambungan tidak akan
berakhir…abadi…
فَالْوَصْلُ مَحْفُوْفٌ بِحُبٍّ سَابِقٍ ... وَبِلاَحِقٍ وَكِلاَهُمَا صِنْوَانِ
Hubungannya
dengan bidadari telah diliputi oleh cinta sebelumnya dan cinta
sesudahnya, dan kedua bentuk cinta tersebut saling bergandengan
فَرْقٌ لَطِيْفٌ بَيْنَ ذَاكَ وَبَيْنَ ذَا ... يَدْرِيْهِ ذُوْ شُغْلٍ بِهَذَا الشَّانِ
Ada perbedaan yang tipis antara dua bentuk cinta tersebut, hanya orang tersibukan dengan perkara cinta yang bisa mengetahuinya
وَمَزِيْدُهُمْ فِي كُلَّ وَقْتٍ حَاصِلٍ ... سُبْحَانَ ذِيْ الْمَلَكُوْتِ وَالسُّلْطَانِ
Maka
setiap waktu bertambah kecintaan, kerinduan, dan kegembiraan bagi
mereka, maha suci Allah yang Maha memiliki segala sesuatu dan Maha Kuasa
Tidak ada tujuan dari Ibnul Qoyyim
tatkala menyebutkan kenikmatan dan kelezatan bidadari melainkan untuk
memotivasi dalam beramal sholeh dan tidak malas dalam beramal. Karenanya
di akhir dari bai-bait sya’ir beliau tentang bidadari ini beliau
mencela dan mengingatkan orang-orang yang lalai…yang berharap bidadari
akan tetapi tidak mau beramal sholeh. Beliau berkata :
يَا غَافِلاً عَمَّا خُلِقْتَ لَهُ انْتَبِهْ ... جَدَّ الرَّحِيْلُ فَلَسْتَ بِالْيَقْظَانِ
Wahai
orang yang lalai dari tujuan diciptakan dirimu…hati-hatilah
sesungguhnya perjalanan telah dilakukan sementara engkau belum terbangun
سَارَ الرِّفَاقُ وَخَلَّفُوْكَ مَعَ الْأُلَى ... قَنَعُوْا بِذَا الْحَظِّ الْخَسِيْسِ الْفَانِي
Sahabat-sahabatmu
telah berjalan pergi dan mereka meninggalkanmu bersama orang-orang yang
tertinggal yang rido dengan kehidupan dunia yang hina fana
وَرَأَيْتَ أَكْثَرَ مَنْ تَرَى مُتَخَلِّفًا ... فَتَبِعْتَهُمْ وَرَضِيْتَ بِالْحِرْمَانِ
Engkau
telah mengetahui bahwasanya mayoritas orang yang kau lihat adalah
tertinggal, lalu engkau mengekori mereka dan engkau rido dengan
terhalangnya engkau (dari kenikmatan bidadari yang abadi)
لَكِنْ أَتَيْتَ بِخُطَّتَيْ عَجْزٍ وَجَهْـ ... ـلٍ بَعْدَ ذَا وَصَحِبْتَ كُلَّ أَمَانِ
Akan
tetapi engkau telah menempuh dua jalan yaitu jalan kebodohan dan
kemalasan, dan setelah itu engkau masih saja berteman dengan khayalan
dan angan-angan
مَنَّتْكَ نَفْسُكَ بِاللِّحَاقِ مَعَ الْقُعُوْ ... دِ عَنِ الْمَسِيْرِ وَرَاحَةِ الْأَبْدَانِ
Hawa
nafsumu memberikan angan-angan kepadamu bahwasanya engkau bisa menyusul
para penghuni surga dengan hanya sambil duduk dan tubuh yang malas
وَلَسَوْفَ تَعْلَمُ حِيْنَ يَنْكَشِفُ الْغِطَا ... مَاذَا صَنَعْتَ وَكُنْتَ ذَا إِمْكَانِ
Dan
tatkala telah terbuka penutup maka engkau akan mengetahui apa yang
telah kau perbuat padahal mungkin bagimu (untuk sampai ke bidadari)
Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, 23-10-1432 H / 21 September 2011 M
Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja
www.firanda.com