Mengenal Myanmar
Myanmar adalah salah
satu negara yang terletak di Asia Tenggara. Sama seperti Indonesia, negara ini
juga merupakan anggota Association
of Southeast Asian Nations (ASEAN).
Bagian utara negara ini berbatasan dengan China dan India. Di sebelah selatan,
berbatasan dengan Teluk Benggala dan Thailand. Sebelah timur berbatasan dengan
wilayah China, Laos, dan Thailand. Dan sebelah barat berbatasan dengan Teluk
Benggala dan wilayah Bangladesh.
Adapun wilayah Rakhine
–penjajah Inggris menyebut mereka orang-orang Arakan- terletak di barat daya
wilayah Myanmar, berbatasan dengan Teluk Benggala dan wilayah Bangladesh.
Peta Wilayah Arakan
Kurang lebih, luas
wilayah Myanmar adalah 261.000 mil2. Dan wilayah Rakhine
20.000 mil2. Wilayah ini dipisahkan oleh pagar alami berupa
pegunungan yang merupakan bagian dari pegunungan Himalaya.
Jumlah penduduk Myanmar
ditaksir sekitar 50 juta orang. 15% dari jumlah tersebut adalah muslim yang
mayoritasnya adalah orang-orang Arakan. 70% dari penduduk Arakan adalah muslim.
Sisanya adalah orang-orang Magh, orang-orang Arakan yang beragama Budha
Theravada. Dan kelompok-kelompok minoritas lainnya.
Myanmar merupakan
wilayah yang terdiri dari banyak suku. Lebih dari 140 suku menghuni wilayah
bekas koloni Inggris tersebut. Suku mayoritasnya adalah Bamar/Birma. Suku ini
adalah suku kasta pertama dan memegang pemerintahan. Oleh karena itu, dulu nama
wilayah ini adalah Burma kemudian berganti Mynamar. Kasta kedua adalah suku
Syan, Kachin, Chin, Kayah, Magh, dan umat Islam dari suku Rohingya. Jumlah
kasta kedua ini kurang lebih 5juta jiwa.
Umat Islam Arakan
Sejarawan menyebutkan
bahwa umat Islam tiba di wilayah Arakan bertepatan dengan masa Daulah Abbasiyah
yang tengah dipimpin oleh Khalifah Harun al-Rasyid rahimahullah. Kaum muslimin tiba di wilayah tersebut melalui jalur
perdagangan. Dengan cara damai. Bukan peperangan apalagi penjajahan.
Karena umat Islam
semakin banyak dan terkonsentrasi di suatu wilayah, jadilah ia sebuah kerajaan
Islam yang berdiri sendiri. Kerajaan tersebut berlangsung selama 3,5 abad. Dan
dipimpin oleh 48 raja. Yaitu antara tahun 1430 – 1784 M. Banyak
peninggalan-peninggalan umat Islam yang terwarisi di wilayah tersebut. Ada
masjid-masjid dan madrasah-madrasah. Di antara masjid yang paling terkenal
adalah Masjid Badr di Arakan dan Masjid Sindi Khan yang dibangun tahun 1430 M.
Ekspansi Budha Terhadap
Kerajaan Islam Arakan
Pada tahun 1784 M,
Arakan diserang oleh raja Budha dari suku Birma yang bernama Bodawpaya (masa
pemerintahan 1782-1819 M). Kemudian ia menggabungkan wilayah Arakan ke dalam
wilayahnya, agar Islam tidak berkembang di wilayah tersebut. Sejak saat itu
bencana umat Islam Arakan pun dimulai. Peninggalan-peninggalan Islam, masjid
dan madrasah, dihancurkan. Para ulama dan da’i dibunuh. Budha dari suku Birma
terus-menerus mengintimidasi kaum muslimin dan menjarah hak milik mereka.
Mereka juga memprovokasi orang-orang Magh untuk melakukan hal yang sama.
Keadaan tersebut terus berlangsung selama 40 tahun. Sampai akhirnya berhenti
dengan kedatangan penjajah Inggris.
Pada tahun 1824 M,
Inggris menguasai Burma. Kemudian kerajaan Britania itu menggabungkan wilayah
itu dengan persemakmurannya di India. Pada tahun 1937 M, Inggris memisahkan
Burma dan wilayah Arakan dari wilayah kekuasaannya di India. Maka Burma menjadi
wilayah kerajaan Inggris tersendiri yang bernama Burma Britania. Tidak bernaung
di wilayah India lagi.
Tahun 1942 M, bencana
besar menimpa kaum muslimin Rohingya. Orang-orang Budha Magh membantai mereka
dengan dukungan senjata dan materi dari saudara Budha mereka suku Birma dan
suku-suku lainnya. Lebih dari 100.000 muslim pun tewas dalam peristiwa itu.
Sebagian besar mereka adalah wanita, orang tua, dan anak-anak. Ratusan ribu
lainnya melarikan diri dari Burma. Karena pedih dan mengerikannya peristiwa
tersebut, kalangan tua –saat ini- yang menyaksikan peristiwa itu senantiasa
mengingatnya dan mengalami trauma.
Pada tahun 1947 M, Burma
mempersiapkan deklarasi kemerdekaan mereka di Kota Panglong. Semua suku
diundang dalam persiapan tersebut, kecuali umat Islam Rohingya. Pada tanggal 4
Januari 1948, Inggris memerdekakan Burma secara penuh disertai persyaratan
masing-masing suku bisa memerdekakan diri dari Burma apabila mereka
menginginkannya. Namun suku Birma menyelisihi poin perjanjian tersebut. Mereka
tetap menguasai wilayah Arakan dan tidak mendengarkan suara masyarakat muslim
Rohingya dan Budha Magh yang ingin merdeka. Mereka pun melanjutkan intimidasi
terhadap kaum muslimin.
Duka Muslim Arakan
– Pemusnahan Etnis
Sejak pemerintahan
militer berkuasa di Myanmar melalui kudeta Jendral Ne Win tahun 1962 M, umat
Islam Arakan mengalami berbagai bentuk kezaliman dan intimidasi. Dibunuh,
diusir, diitekan hak-hak mereka, dan tidak diakui hak-hak kewarga-negaraannya.
Mereka disamakan dengan orang-orang Bangladesh dalam hal agama, bahasa, dan
fisik.
Menghapuskan identitas
Islam dan pengaruhnya:
Hal ini dilakukan dengan
cara menghancurkan peninggalan-peninggalan Islam. Yaitu menghancurkan masjid,
madrasah, dan bangunan-bangunan bersejarah lainnya. Lalu kaum muslimin dilarang
sama sekali untuk membangun suatu bangunan yang berkaitan dengan Islam.
Dilarang membangun masjid, madrasah, kantor-kantor dan perpustakaan, tempat
penampungan anak yatim, dll. sebagian sekolah-sekolah Islam yang tersisa tidak
mendapatkan pengakuan dari pemerintah, dilarang untuk dikembangkan, dan tidak
diakui lulusannya.
Upaya “Burmanisasi”,
meleburkan ajaran Islam dan menghilangkan identitasnya dalam masyarakat Budha:
Umat Islam diusir dari
kampung halaman mereka. Tanah-tanah dan kebun-kebun pertanian mereka dirampas.
Kemudian orang-orang Budha menguasainya dan membangunnya dengan harta-harta
yang berasal dari kaum muslimin. Atau membangunnya menjadi barak militer tanpa
kompensasi apapun. Bagi mereka yang menolak, maka tebusannya adalah nyawa.
Inilah militer fasis yang tidak mengenal belas kasihan.
Pengusiran dan
diskriminasi dari wilayah Myanmar secara berkesinambungan:
- Pada tahun 1962 M, militer fasis Myanmar mengusir 300.000 orang Arakan ke wilayah Bangladesh.
- Pada tahun 1978 M, lebih dari 500.000 kaum muslimin diusir dan mengalami tekanan yang sangat berat hingga hampir 400.000 orang dari mereka tewas. Termasuk di dalamnya orang-orang tua, wanita, dan anak-anak.
- Tahun 1988, 150.000 kaum muslimin diusir karena orang-orang Budha hendak membangun desa mereka sebagai tempat percontohan.
- Tahun 1991, hampir 500.0000 orang muslim diusir. Hal ini karena hukuman atas kemenagnan partai oposisi (NLD) dalam pemilu yang mendapatkan suara dari umat Islam. Hasil pemilu pun dibatalkan.
- Membatalkan hak kewarganeraan umat Islam.
- Melakukan kerja paksa dengan tanpa mendapatkan makanan, minuman, dan transportasi.
- Umat Islam dilarang untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Apalagi duduk di banguku kuliah. Bagi mereka yang berusah mendapatkan pendidikan di luar negeri, kemudian kembali ke Myanmar dalam keadaan terdidik, maka akan dijebloskan ke dalam penjara.
- Secara umum, tidak boleh menjadi pegawai negera. Jika pun ada, maka tidak akan mendapatkan hak-haknya secara penuh.
- Dilarang melakukan perjalanan ke luar negeri, walaupun untuk beribadah haji. Mereka hanya diperbolehkan pergi ke Bangladesh dengan ketentuan waktu yang terbatas. Mereka tidak diperbolehkan berpergian ke Ibu Kota Rangon dan kota-kota lainnya di Myanmar. Jika mereka hendak pindah kota, harus mendapatkan surat izin yang jelas.
Pemusnahan Etnis Rohingya di Myanmar
Diskrimanis dalam
ekonomi:
Dibebani pajak yang
tinggi dalam segala hal. Dikenakan banyak denda. Dipersulit melakukan
perdagangan. Kecuali berniaga dengan militer. Itupun dijual dengan harga yang
jauh di bawah standar atau dipaksa menjual sesuatu yang tidak ingin mereka
jual. Hal itu bertujuan agar mereka terus dalam keadaan miskin.
Penutup
Demikian gambaran
singkat keadaan muslim Rohingya. Sejak lama mereka ditindas dan menerima
kekejaman umat Budha Myanmar, namun dunia enggan berbicara membela mereka.
Tidak ada atas nama kemanusiaan. Tidak pula ada belas kasihan.
Pada tahun 1970-an Raja
Faisal bin Abdul Aziz rahimahullah menjadi pemimpin dunia yang pertama
membangun puluhan ribu camp pengungsi Rohingya di Arab Saudi. Saat ini sekitar
seperempat juta warga Rohingya telah tinggal aman di Arab Saudi.
Saat ini kita melihat
respon yang baik dari pemerintah Aceh, Turki, dan Arab Saudi, untuk menolong
saudara-saudara kita kaum muslimin Rohingya yang tengah tertimpa musibah.
Semoga Allah meringankan beban mereka.
Sumber: almotamar.net
Oleh Nurfitri Hadi
(@nfhadi07)
Artikel www.KisahMuslim.com
Artikel www.KisahMuslim.com
Tidak ada komentar :
Posting Komentar